Dalam ‘Tuha’ Demokrasi Sudah Mati

Latihan ‘Tuha’ Teater Mahakam Samarinda. (Foto Hamdani/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Untuk melanggengkan atau merebut kekuasaan, demokrasi terkadang harus dimatikan. Kalau perlu dengan menghalalkan bebagai macam cara. Melalui intrik bahkan kematian.

Keniscayaan seperti itu yang diangkat Teater Mahakam Samarinda melalui naskah ‘Tuha’ pada Festival Teater Taman Budaya Kaltim (FT-TBK) yang dihelat sejak Selasa besok (20/6) hingga Rabu (21/6) di Gedung Rizani Asnawi, Taman Budaya, Samarinda.

“Naskah ‘Tuha’ relevan dengan kondisi kekinian dan konsep penyutradaraan Teater Mahakam dalam festival ini,” ujar sutradara Teater Mahakam, Nazibullah Rachman, S. Kom., kepada Niaga.Asia, Minggu (18/6).

Menurutnya naskah yang ditulis Hamdani itu, memotret situasi dunia politik dalam bingkai  perebutan kekuasaan  di kelompok sandiwara tradisi mamanda.

“Ada pihak yang mencoba mempertahankan kekuasaan yang diwakili tokoh Sukibar, ada yang ingin merebut dan melengserkan Sukibar melalui tokoh Sukat, Kacil dan kawan-kawan. Intrik itu dikemas dan disajikan teater dalam teater,” kata Nazibullah.

Dalam penyutradaraannya, Nazibullah mengusung konsep realis ekspresionisme. “Dengan tema ‘transformasi dan eksistensi,” lanjutnya.

Teater Mahakam yang berdiri sejak tahun ’80 an menampilkan aktor/aktris: Syofiansyah, Veny Aulia Putri, Vina Aulia Putri, Gunawan, M. Kasful Anwar dan Abdul Gafur. Dengan Penata Cahaya Mario dan Mirdad Al Farizi, Penata Musik Aldi Saputra, M. Miftahul Huda dan M. Fardan.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan

Tag: