NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Sebagai lokasi bekas pertempuran perang bersenjata dengan Malaysia dan dikenal dengan perjuangan Dwikora, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara memiliki banyak situs sejarah yang perlu dikenang dan dilestarikan.
Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Nunukan Letkol (P) Arief Kurniawan Hertanto mengatakan, sejumlah situs sejarah pertempuran perang Dwikora di Nunukan telah tercatat dalam buku sejarah Indonesia dan buku dinas sejarah TNI AL.
“Banyak tempat bersejarah di Nunukan yang menjadi lokasi titik pertempuran Dwikora antara Indonesia – Malaysia,” kata Letkol (P) Arief Kurniawan Hertanto pada Niaga.Asia, Kamis (07/09/2023).
Salah satu situs pertempuran Dwikora paling terkenal adalah monumen Dwikora yang berdiri kokoh di alun-alun pusat kota Nunukan dilengkapi kendaraan lapis baja tank PT-76 dan meriam Howitzer.
Monumen Dwikora Nunukan awalnya hanya sebuah tiang kayu berukuran besar yang kemudian direnovasi oleh Mabes TNI dalam bentuk bangunan permanen yang posisinya tepat di bagian depan Puskesmas Nunukan.
“Bukti sejarah perang Dwikora banyak, salah satunya berada di Desa Sekaduyan Taka, Sei Menggaris,” ucap Danlanal.
Sejarah pertempuran Dwikora di Kecamatan Sei Menggaris dikenal dengan Sekalayan Tempur, tempat tersebut memiliki nilai historis melibatkan pasukan Korps Komando Operasi (KKO) TNI AL bersama sukarelawan tahun 1963 – 1966.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, Lanal Nunukan telah mengusulkan pembangunan monumen Dwikora yang nantinya dilengkapi bekas kendaraan yang dulunya digunakan dalam perang tersebut.
“Usulan monument sudah disampaikan dan tinggal menunggu persetujuan Mabes TNI, nanti kita mintakan tank yang tidak terpakai lagi,” sebutnya.
Sejarah Dwikora di Sekalayan Tempur mencatat banyak sekali pejuang Indonesia dari pasukan KKO TNI AL dan Sukarelawan dari masyarakat tewas demi membela harga diri bangsa.
Menurut Danlanal, sketsa rencana bentuk monumen Dwikora Sekalayan Tempur diupayakan menyerupai monumen Dwikora di Nunukan yang keberadaanya diusahakan long lasting agar bertahan lebih lama.
“Dulunya monumen Dwikora Nunukan hanya kayu berukuran besar tinggi, kemudian bentuknya diubah menjadi long lasting bertahan sampai sekarang,” bebernya.
Hal terpenting dari pendirian monumen sejarah Sekalayan Tempur adalah untuk mengenang dan mengingatkan kepada generasi anak bangsa bahwa lokasi tersebut pernah menjadi titik pertempuran berdarah.
Untuk mengenang peristiwa Dwikora, Lanal Nunukan pernah menyelenggarakan napak tilas sepanjang 20 kilometer melewati tiga desa dari Desa Sei Ular menuju Desa Sei Kapal dan finis di desa Kanduangan
“Belum banyak masyarakat belum tahu Sekalayan Tempur di Desa Sekaduyan Taka pernah menjadi lokasi perang Dwikora yang menewaskan puluhan KKO dan sukarelawan,” ungkapnya.
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: dwikoraTNI AL