SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Tahun 2025 ekonomi nasional diproyeksikan tumbuh antara 5,1% hingga 5,5%, sementara Kalimantan Timur diproyeksikan tumbuh sebesar 5,35%. Meski demikian, harus waspada karena perekonomian daerah masih bergantung pada sektor industri ekstraktif seperti batubara dan kelapa sawit.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Kalimantan Timur, M. Syaibani, saat menyerahkan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) K/L APBN Tahun 2025 untuk di Kalimantan Timur Rp56,87 Triliun di Odah Etam Gubernur Kaltim, Selasa (17/12/2024).
Pada triwulan III 2024, ekonomi Kaltim tumbuh 5,52%, naik dari 5,29% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Neraca perdagangan Kaltim juga mencatatkan surplus sebesar USD 15,9 miliar per Oktober 2024, menunjukkan daya tahan ekonomi di tengah tantangan global.
Menurut Syaibani, DIPA K/L dan TKD 2025 menjadi acuan untuk pelaksanaan program pembangunan yang kolaboratif. APBN harus tetap sehat, kredibel, dan berkelanjutan agar mampu merespons berbagai tantangan global dan regional, termasuk krisis seperti pandemi Covid-19 serta ketidakstabilan geopolitik dunia.
Ia menyoroti bahwa meskipun perekonomian global penuh gejolak akibat konflik Rusia-Ukraina, ketegangan AS-Tiongkok, serta tekanan ekonomi lainnya, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mampu mencatat kinerja positif hingga triwulan III tahun 2024.
“Berdasarkan data, ekonomi Kaltim tumbuh sebesar 6,21%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Menurut Syaibani, meski sektor tersebut memberikan kontribusi besar pada penerimaan daerah, risiko kerusakan lingkungan dan ketergantungan ekonomi menjadi tantangan tersendiri.
Karena itu, diversifikasi ekonomi menjadi kunci keberlanjutan, termasuk pengembangan sektor pertanian dan industri non-ekstraktif.
Penulis : Nai | Editor : Intoniswan
Tag: Ekonomi Kaltim