Ekspor Baja Indonesia Tempati Peringkat ke-4 Dunia

Mendag  Zulkifli  Hasan  saat  memberikan  pidato  kunci  dalam  Seminar Nasional  dan  Pameran  Rantai  Pasok  Konstruksi  Baja, serta Rapat  Kerja  Nasional  (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) di Jakarta, pada Rabu, (10/7).  (Foto Kemendag/Niaga.Asia)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Ekspor dari industri baja nasional menempati posisi ke-4 dunia. Industri baja memberikan andil besar pada stabilitas perekonomian nasional. Pemerintah akan terus mendukung upaya industri besi dan baja sebagai produk andalah ekspor Indonesia di masa yang akan datang.

“Industri besi dan baja Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia. Pada 2023 nilai ekspor besi baja kita USD 26,70 miliar, mengalami peningkatan 261,49 persen dari tahun 2019 yang tercatat sebesar USD 7,39 miliar,” Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Penegasan  itu  disampaikan  Mendag  Zulkifli  Hasan  saat  memberikan  pidato  kunci  dalam  Seminar Nasional  dan  Pameran  Rantai  Pasok  Konstruksi  Baja, serta Rapat  Kerja  Nasional  (Rakernas)  III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) di Jakarta, pada Rabu, (10/7).

Baca juga:

PT Tata Metal Lestari Ekspor Baja Berteknologi Tinggi

Tahun ini, seminar ISSC mengambil tema “Menjadikan Konstruksi Baja Tuan Rumah di Negeri Sendiri”.

Turut  hadir  di seminar ISSC Dewan  Penasihat  Indonesian  Society  of  Steel  Construction  (ISSC) sekaligus  Direktur Utama  Krakatau  Steel  Purwono  Widodo,  Ketua  Dewan  Pengawas  ISSC  Ken  Pangestu,  dan  Ketua Umum ISSC Budi Harta Winata.  Sedangkan Mendag Zulkifli Hasan didampingi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Budi Santoso.

“Baja menjadi andalan ekspor Indonesia. Baja terus menjadi komoditas pembangunan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur di dalam negeri, seperti Ibu Kota Nusantara (IKN). Di sisi lain peran industri baja memberikan perekonomian yang stabil,” ujar Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan meninjau sejumlah stan pameran perusahaan baja Indonesia, diantaranya stan PT Krakatau Baja Konstruksi, PT Kencana Maju Bersama, Zinium,  PT  Steel  Pipe  Industry  of  Indonesia  Tbk,  PT  Artha  Mas  Graha  Andalan,  PT  Reka  Solusi Arthagraha, serta PT Garuda Yamato Steel. (Foto Kemendag/Niaga.Asia)

Mendag Zulkilfli Hasan mengungkapkan, pertumbuhan industri dan ekspor besi dan  baja Indonesia berkembang  sangat  pesat pada  lima  tahun  terakhir  (2019 – 2023).  Saat ini,  Indonesia  menempati peringkat  ke-4  sebagai  negara  pengekspor  besi  dan  baja  dunia  dari  sebelumnya  peringkat  ke-17 pada 2019.

Sementara pada 2023, nilai ekspor besi dan  baja Indonesia mencapai USD 26,70 miliar, naik 261,49 persen dari 2019 yang tercatat sebesar USD 7,39 miliar. Nilai impor besi baja pada 2023 sebesar  USD  11,38  miliar  sehingga  neraca  perdagangan  besi  dan    baja  Indonesia  pada  2023 mencatatkan surplus USD 15,32 miliar.

Konsumsi  baja  nasional,  katanya,  diperkirakan  mencapai  18,3  juta  ton  atau  tumbuh  sebesar  5,2 persen pada 2024. Pertumbuhan ini ditopang berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja.

“Indonesia juga gencar mengembangkan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur, seperti  pembangunan  IKN,  pembangunan  infrastruktur,  dan  pengembangan  industri  otomotif. Sedikitnya,  terdapat  41  proyek  prioritas  strategis  nasional  yang  ditargetkan  selesai tahun 2024,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.

Ditambahkannya,  Kemendag  melalui  berbagai  strategi  dan  kebijakan  berkomitmen  untuk  terus mendukung peningkatan ekspor nasional. Upaya ini di antaranya melalui pembukaan akses pasar luar  negeri  sebagai  ‘toll  way’,   yaitu   perjanjian   perdagangan   Free   Trade   Agreement   (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Kanada dan Uni Eropa, serta memperluas pasar nontradisional.

“Di sisi lain, Kemendag terus berupaya melindungi dan mendorong industri baja dalam negeri. Beberapa  di  antaranya  dengan  melakukan  pembatasan  impor  untuk  produk  besi  baja  tertentu, mendorong kegiatan ekspor yang bernilai tambah melalui hilirisasi produk besi baja, dan melakukan pengawasan impor besi baja sebagai upaya untuk memastikan barang yang beredar sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan,” terang Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan juga menyampaikan, industri besi baja Indonesia masih dihadapkan restriksi perdagangan dari negara  lain.

Beberapa  di  antaranya  seperti  pengenaan trade  remedies dan kebijakan  Carbon  Border  Adjustment  Mechanism  (CBAM).  Namun,  Indonesia  memiliki  peluang besar  untuk  mengatasi  berbagai  hambatan  perdagangan  tersebut.

Salah  satunya,  diwujudkan dengan  kegiatan  pelepasan  ekspor  produk  baja berteknologi tinggi  sebanyak  160  ton  senilai  USD 195 ribu ke negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico pada Jumat, (21/6) lalu.

“Kolaborasi adalah kunci. Saya harap kita dapat terus bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di tengah melambatnya ekonomi dunia, kalau kita terampil, ada peluang. Di tengah polarisasi, produk Indonesia masih diterima di pasar global,” tambah Mendag Zulkifli Hasan.

Usai memberikan pidato kunci, Mendag Zulkifli Hasan meninjau sejumlah stan pameran perusahaan baja Indonesia. Beberapa di antaranya stan PT Krakatau Baja Konstruksi, PT Kencana Maju Bersama, Zinium,  PT  Steel  Pipe  Industry  of  Indonesia  Tbk,  PT  Artha  Mas  Graha  Andalan,  PT  Reka  Solusi Arthagraha, serta PT Garuda Yamato Steel.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan 

Tag: