
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Praktek decoupling dan friendshoring mencerminkan perubahan dalam dinamika perdagangan global yang dipengaruhi faktor politik, keamanan, dan ekonomi. Disrupsi perdagangan global yang terjadi akibat pandemi Covid-19 yang kemudian diikuti ketegangan geopolitik di beberapa kawasan, telah menimbulkan kekhawatiran terhadap ketahanan rantai pasok global dan keamanan ekonomi negara.
Decoupling mengacu pada praktik memisahkan atau mengurangi ketergantungan pada rantai pasok global. Akibatnya, suatu negara akan cenderung membangun atau memperkuat sumber daya, produksi, atau distribusi secara lokal atau regional yang bertujuan untuk mengurangi risiko gangguan pasokan dan respons terhadap perubahan pasar.
Sedangkan friendshoring mencerminkan kecenderungan beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang dianggap sebagai potensial ancaman atau pesaing. Pemberlakuan tarif dan hambatan perdagangan AS terhadap RRT pada 2018 dipandang sebagai tindakan yang mencerminkan friendshoring.
Demikian dijelaskan Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BK Perdag) Kasan dalam sambutan kuncinya pada pembukaan Gambir Trade Talk (GTT) #14 yang digelar secara hibrida di Hotel Borobudur, Jakarta pada hari ini, Rabu (15/5).
Hadir sebagai narasumber peneliti Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) David Christian, peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Kiki Verico, dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Moh. Faisal. Bertindak sebagai moderator Redaktur Ekonomi Detikcom Eduardo Simorangkir.
Selain itu, kata Kasan, strategi decoupling juga bertujuan untuk menjaga keamanan suatu negara (national security), seperti strategi teknologi decoupling yang diterapkan Amerika Serikat (AS) terhadap Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Konflik perdagangan dan isu keamanan siber telah mendorong kedua negara untuk mengurangi ketergantungan teknologi satu sama lain.
“AS telah menerapkan larangan dan pembatasan terhadap ekspor teknologi tertentu (cip kecerdasan buatan) ke RRT, sementara RRT juga mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan penggunaan teknologi domestiknya sendiri sebagai respons terhadap kebijakan yang dilakukan AS,” paparnya.

Di sisi lain, friendshoring mencerminkan kecenderungan beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang dianggap sebagai potensial ancaman atau pesaing. Pemberlakuan tarif dan hambatan perdagangan AS terhadap RRT pada 2018 dipandang sebagai tindakan yang mencerminkan friendshoring.
‘Selain kebijakan tersebut, pengesahan CHIPS and Science Act dan Inflation Reduction Act(IRA) juga menjadi salah satu contoh implementasi friendshoringyang diterapkan AS. Regulasi tersebut mengatur pemberian insentif bagi produsen yang membeli dan memperoleh input produksi dari negara-negara yang merupakan sekutu AS untuk sektor semikonduktor, mineral kritis, dan baterai,” ujar Kasan.
Indonesia perlu mengadopsi strategi dan kebijakan perdagangan komprehensif, fundamental, lincah, dan antisipatif untuk mengoptimalkan peluang tersebut. Hal ini agar Indonesia dapat bersaing dan berkompetisi dengan negara-negara lain untuk memitigasi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif yang optimal dalam mendukung transformasi ekonomi nasional,” tandas Kasan.
Sementara peneliti Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) David Christian menjelaskan konteks dan latar belakang decoupling dan friendshoring. Ia mengatakan, kedua hal itu dilatarbelakangi sejumlah konflik dan perang dagang sehingga muncul dorongan sejumlah negara untuk mandiri dan mencari lokasi produksi yang lebih dekat.
Kiki Verico, peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menerangkan tentang dampak technology decoupling dan friendshoring terhadap rantai nilai global dan perdagangan internasional.
“Dunia berubah sangat cepat dan AS semakin mencari ke dalam (go inward). AS menjadi padat karya (labor intensive)di sektor produksi pakaian dan sepatu serta tidak banyak lagi berproduksi di negara berkembang,” katanya.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Moh Faisal memaparkan bagaimana menavigasi strategi perdagangan luar negeri Indonesia dalam menghadapi technology decoupling dan friendshoring.
Kiki meyakini, Indonesia perlu fokus menarik investor yang menguasai rantai nilai global dan bersedia menciptakan domestic linkages/capabilities yang dalam.
“Selain itu, Indonesia perlu memperhatikan daya dukung dari investor tersebut,” saran Faisal.
GTT #14 diharapkan dapat memberikan pandangan, wawasan, dan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap fenomena decoupling dan friendshoring yang telah diterapkan beberapa negara.
GTT #14 dihadiri 150 pesertasecara hibrida dan dapat disaksikan ulang di tautan
https://www.youtube.com/live/70sO8weZ4K8?si=sNQeWJk7A1senF2X.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan
Tag: Perdagangan Internasional