Film Kaltim Berpotensi Masuk Industri Nasional

Para pendukung film ‘Mahakam Love Story’ bersama Kabid Pengembangan Ekraf Dispar Kaltim Awang Khalik (duduk, kedua dari kiri). (Foto: niaga.asia/Hamdani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Para sineas Kaltim yang sekarang lagi bersemangat memproduksi film, berpotensi memasuki industri film nasional bahkan internasional.

Hanya saja, kata Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kaltim Awang Khalik, untuk menuju ke arah itu harus memenuhi beberapa faktor pendukung.

Berbicara di hadapan peserta diskusi film ‘Mahakam Love Story’, Minggu 31 Maret 2024 malam di TCo Coffe, Samarinda, menyebut faktor yang utama adalah dukungan peralatan film.

“Kalau dikatakan kurang, itu jelas. Cara mengatasinya adalah dengan saling dukung peralatan rumah produksi yang ada di Kaltim. Bisa juga diperoleh dengan bantuan atau fasilitasi peralatan dari Dispar untuk komunitas,” kata Awang Khalik yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dispar Kaltim.

Faktor kedua, menurutnya, yakni fasilitasi atau bantuan dana dari pemerintah dan pihak ketiga.

“Tanpa dana yang cukup besar, sulit bisa membuat film yang bagus. Untuk itu diharapkan dukungan dari pemerintah, misalnya dari Direktorat Film, Musik dan Media Kemdikbudristek dan Kemenparektaf. Dana dari dua kementerian bisa dijaring,” ujar Awang Khalik.

Selanjutnya, di hadapan narasumber lain, produser dan sutradara ‘Mahakam Love Story’, Awan dan Ozzy, Awang Khalik sepakat kalau jejaring memegang faktor penting.

“Kalau tidak mempunyai jaringan, sulit kita bisa menembus pasar film nasional. Seperti untuk pemutaran film secara nasional harus mempunyai jaringan, menembus distributor pemutaran film XXI,” terang Awang Khalik.

Faktor selanjutnya, adalah ide atau gagasan cerita film yang berakar dari Kaltim sendiri, namun berpengaruh secara nasional.

“Sineas Kaltim harus mampu mencari ide atau gagasan yang dituangkan dalam cerita film, berasal dari Kaltim dan menjadi isu nasional. Sebut saja misalnya isu tentang kerusakan hutan dan lingkungan Kaltim sebagai paru-paru dunia, sebagai akibat penambangan batu bara dan pembakaran hutan,” timpal Hamdani, salah satu pembicara.

Penulis: Intoniswan | Editor: Saud Rosadi

Tag: