Gencarkan Skrining TBC, Balikpapan Edukasi Warga Hadapi Ancaman Penyakit Menular

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Kelurahan Sungai Nangka, Kecamatan Balikpapan Selatan, Sabtu 9 November 2024. (Foto: istimewa)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Di tengah tingginya kasus Tuberculosis (TBC) di Balikpapan, Dinas Kesehatan (Dinkes) mengambil langkah proaktif. Dengan 1.825 kasus tercatat, upaya menanggulangi penyebaran TBC kini menjadi prioritas utama.

Langkah-langkah konkret pun ditempuh, mulai dari skrining di tingkat Puskesmas hingga edukasi intensif bagi masyarakat, agar mereka mengenali gejala awal dan memahami pentingnya pencegahan.

Alwiyati, Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan menekankan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC sangat penting dalam upaya pengendalian penyakit ini.

“Kami terus memberikan edukasi agar warga mengenali tanda-tanda awal TBC, seperti batuk berkepanjangan, demam di malam hari, dan penurunan berat badan,” kata Alwiyati di acara Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) di Kelurahan Sungai Nangka, Kecamatan Balikpapan Selatan, Sabtu 9 November 2024.

Ia juga menekankan pentingnya pengobatan rutin bagi pasien agar penularan tidak terjadi dalam lingkungan keluarga.

Selain fokus pada TBC, Dinkes juga mengantisipasi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di lokasi yang sama dengan membagikan kelambu air kepada warga.

“Daerah ini dipilih karena angka kasus DBD yang cukup tinggi, makanya kita lakukan pembagian kelambu air untuk pencegahan,” ujar Alwiyati.

Langkah ini memperlihatkan komitmen Dinkes Balikpapan dalam menanggulangi dua penyakit menular sekaligus di tengah masyarakat.

Di sisi lain, Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinkes Balikpapan, I Dewa Gede Dony Lesmana, menyampaikan pentingnya skrining melalui tes cepat molekuler yang dilakukan di Puskesmas.

Menurutnya, teknologi ini mempercepat deteksi dini penyakit TBC, sehingga memungkinkan penanganan cepat dan akurat.

“Skrining ini memungkinkan kita untuk menemukan kasus secara dini sehingga bisa langsung diberikan terapi,” jelas Dony.

Selain itu, pemberian terapi profilaksis juga diberikan kepada individu yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC, meski mereka tidak menunjukkan gejala.

Dinkes Balikpapan juga memiliki rencana jangka panjang untuk memperluas skrining TBC pada tahun 2025 dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan, yang menargetkan 3.500 orang.

Program skrining masif ini akan difokuskan pada kelompok risiko tinggi seperti perokok, penderita diabetes, dan mereka yang menunjukkan gejala awal TBC.

“Di tahun 2025, kita akan melakukan skrining secara masif dengan sasaran 3.500 orang, termasuk perokok dan yang punya riwayat diabetes,” ucap Dony.

Dengan program skrining aktif, edukasi berkelanjutan, dan keterlibatan masyarakat secara langsung, Balikpapan memperlihatkan komitmen kuat dalam menghadapi ancaman penyakit menular seperti TBC dan DBD.

Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: