
NUNUKAN.NIAGA.ASIA — Kadar air yang masih cukup tinggi dan kandungan lumut, hingga turunnya suplai tepung karagenan di pasar dunia menjadi alasan pabrik sekaligus gudang di Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi penyebab rendahnya harga rumput laut di Nunukan, Kalimantan Utara, saat ini, hanya Rp7 ribu – Rp8 ribu per kilogram.
Anggota DPRD Nunukan Andre Pratama mengatakan, kadar air produksi rumput laut Nunukan di kisaran 38%-39%, sedangkan pangsa pasar buyer atau pembeli di Makassar menghendaki kadar kekeringan 35%.
“Kadar air rumput laut kita di atas standar pasar. Jadi pengusaha luar daerah menurunkan harga beli agar tidak mengalami kerugian,” kata Andre kepada niaga.asia, Minggu 16 Juni 2024.
Andre menerangkan, persoalan tersebut menjadi pemicu semakin anjloknya harga jual saat ini di kisaran Rp 7 ribu – Rp 8 ribu per kilogram kering, ditambah lagi stok rumput laut di gudang Makassar masih cukup banyak.
Untuk mengetahui duduk masalah tak stabilnya harga rumput laut Nunukan, anggota DPRD Nunukan terdiri Andre Pratama, Andi Mutamir, Andi Krislina, Nursan dan Adama, melaksanakan kunjungan ke sejumlah pabrik dan gudang rumput laut di Makassar, yang selama ini mendapat pasokan dari Nunukan
“Petani rumput laut Nunukan terancam bangkrut kalau harga tidak kunjung naik. Makanya perlu perhatian semua pihak membantu menyelesaikan masalah,” ujar Andre.
Untuk menyesuaikan kadar air rumput laut sesuai kebutuhan pabrikan, pengusaha di Makassar menyarankan pemerintah daerah memberikan bantuan berupa oven (pengering) kepada kelompok petani dan alat pengukur kekeringan rumput laut.
Penggunaan oven akan sangat membantu petani memastikan kadar air rumput laut sesuai standar yang dipersyaratkan pabrik pengolahnya di Makassar. apabila itu terpenuhi, yakni kadar air maksimal hanya 35, harga jual dipastikan naik lagi.
“Rumput laut basah 100 kilogram di oven dengan waktu 4-5 jam, kemudian ditimbang lagi akan menghasilkan berat 65 kilogram,” ucap Andre.
Kandungan Lumut
Selain persoalan kadar air yang masih tinggi, anjloknya harga rumput laut juga disebabkan oleh kandungan lumut-lumut kecil menempel pada rumput laut Nunukan. Menurut Andre, kualitas rumput laut seperti itu tidak mungkin bisa dipasarkan ke luar negeri.
Untuk mengantisipasi lumut, pengusaha pabrik pengolah rumput laut di Makassar menyarankan petani Nunukan menggunakan metode penjemuran gantung, di mana sistem penjemuran seperti ini sangat efektif menghilangkan lumut yang menempel di rumput laut
“Kalau proses penjemuran rumput laut digantung, maka lumut yang menempel di rumput laut saat masih basah akan jatuh sendirinya,” jelas Andre.
Masih disampaikan Andre, produksi rumput laut Nunukan yang mencapai 600 ton per bulan menjadi yang terbesar di Indonesia, bahkan 60 persen pangsa pasar rumput laut dunia bersumber dari rumput laut Nunukan.
Tingginya produksi rumput laut Nunukan hendaknya diimbangi dengan peningkatan edukasi kepada petani agar budidaya rumput laut tidak sebatas terbesar di dunia, tapi juga berkualitas terbaik dengan harga jual tinggi.
“Stok rumput laut di gudang-gudang Makassar masih 2000 ton. Stok ini akan habis dua bulan ke depan. Mereka rata-rata mengeluh rumput laut kita berlumut, ” demikian Andre Pratama.
Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi
Tag: DPRD NunukanKaltaraNunukanPertanianRumput Laut