Harga Cabai Rawit di Nunukan, dari Rp240 Ribu ke Rp150 Ribu/Kilogram

Pedagang di pasar tradisional Inhutani Nunukan. (Foto : Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Harga bahan pangan di pasar tradisional Nunukan melambung paska tidak beroperasinya dua kapal swasta rute Parepare, Sulawesi Selatan – Nunukan. Sebagai contoh, harga cabai rawit sempat berada di angka Rp240.000 per kilogram, meski hari ini turun jadi Rp150 ribu per kilogram.

“Hari ini ada penurunan sedikit, harga cabe rawit kemarin Rp 240 ribu per kilogram, hari ini turun Rp 150 ribu,” kata Pengawas Perdagangan Ahli Muda, Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Nunukan, Abdul Rahman pada Niaga.Asia, Kamis (09/01/2025).

Dua kapal swasta yang biasa masuk pelabuhan Tunon Taka Nunukan, rusak sejak akhir Desember 2024, sehingga praktis suplai stok barang hanya dibawa oleh kapal PT Pelni dengan kuota terbatas.

“Stok kurang, permintaan banyak terjadilah hukum pasar,  harga cabai melonjak sampai 5 kali lipat. Sedangkan harga tomat biasanya paling tinggi Rp 18.000 per kilogram juga naik jadi Rp 40.000,” bebernya.

Menurut Rahman, tidak hanya cabe dan tomat yang naik dan ksong. Harga telur ayam lokal yang bisanya Rp 52 ribu per kotak atau piring naik menjadi Rp 75 ribu, sedangkan telur Malaysia dijual seharga Rp 80 ribu per kotak.

Kenaikan harga telur dikarenakan pedagang mengambil barang dari Tarakan, dimana ada tambahan biaya transport.

“Besok rencananya kami operasi pasar sekalian buka pasar murah UMKM center Nunukan, harga telur nanti kita jual Rp 52 ribu per kotak,” kata Rahman.

Rahman menuturkan, harga tomat, cabai dan telur dan sayuran lainnya asal Sulsel diperkirakan akan kembali normal di akhir bulan Januari 2025 bersamaan masuknya dua kapal swasta di pelabuhan Nunukan.

Berbeda dengan tomat, cabai dan telur, harga bawang merah dan putih masih cukup normal meski ada kenaikan harga dari biasanya Rp 45 ribu per kilogram menjadi Rp 52 ribu, begitu pula ayam potong dari Rp 45 ribu per kilogram jadi Rp 48 ribu.

“Kita berharap stok barang kembali normal dan lonjakan tidak bertahan hingga bulan Ramadhan nanti,” terangnya.

Mulai dikeluhkan warga

Naiknya bahan pangan mulai dikeluhkan warga. Warga mengaku kesulitan membagi uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Harga kangkung tetap Rp 5.000 per ikat, tapi bentuk ikatannya mengecil, begitu pula sawi dan bayam,” sebut Lily salah seorang warga saat berbelanja di pasar Inhutani Nunukan.

Lily mengaku kaget ketika membeli cabe rawit seharga Rp 10.000 per bungkus, padahal biasanya cabe sebanyak itu dijual Rp 5.000, begitu pula tomal dengan harga Rp 5.000 hanya 3 biji. Semua harga sayuran naik tidak terkira.

“Awal tahun langsung disuguhkan kenaikan harga pasar. Ibu-ibu di Nunukan pasti stress lihat harga begini,” terangnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: