Harga Rumput Laut di Nunukan Terjun Bebas jadi Rp 9.000 per Kilogram

Sentra pengeringan rumput laut di kampung Mamolo, Nunukan (Foto : Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Nilai jual komoditi rumput laut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terus terjuan bebas dari Rp 42.000 per kilogram menjadi Rp 9.000 per kilogram kering dengan kadar air  37 – 38.

“Harga terus turun dari bulan Maret tahun 2023 sampai sekarang. Kami hampir – hampir putus asa berusaha ini,” kata petani rumput laut Mamolo Nunukan, Kamaruddin pada Niaga.Asia, Senin (18/09/2023).

Kekecewaan petani terhadap harga dapat dilihat dari postingan akun facebook salah seorang pemukat  rumput laut yang membuang hasil panennya karena merasa tidak seimbang antara modal dengan dengan harga jual.

Biaya bahan nakar minyak (BBM)  perahu dan upah pekerja maupun perbaikan jaring semakin naik, sedangkan harga jual rumput di tingkat pengepul ataupun pembeli lokal terus anjlok.

“Kalau pemukat rumput laut merasa rugi harga Rp 9.000 per kilogram kering, apalagi kami sebagai petani yang modalnya lebih besar,” tuturnya.

Kamaruddin menjelaskan, kebutuhan  biaya tiap bentangan rumput laut dengan panjang 1 meter x 25 centimeter diperkirakan mencapai Rp 45 ribu dengan hasil panen diperkirakan antara 3 kilogram sampai 5 kilogram basah.

Jika harga jual Rp 9.000 per kilogram kering, maka hasil panen 5 kilogram tiap bentangan tali rumput tidak menghasilkan keuntungan, karena modal dikeluarkan dengan harga jual seimbang.

“Ongkos kerja dengan hasil panen sama, kalau begini terus kapan kami bisa sejahtera, jangankan beli barang-barang, untuk makan saja susah,” bebernya.

Upah pekerja turun

Anjloknya harga rumput laut Nunukan secara tidak langsung berpengaruh terhadap upah buruh pengikat rumput laut dari sebelumnya Rp 12.000 tiap bentang tali menjadi Rp 8.000. Padahal biaya kebutuhan hidup semakin tinggi.

Turunnya penghasilan yang didapat dari usaha rumput laut ini berpengaruh pula terhadap kemampuan masyarakat dalam membeli kebutuhan pokok sehari-hari maupun kebutuhan pendukung lainnya.

“Hasil panen rumput laut di Nunukan 6.000 ton per bulan, jika harga jual Rp 9.000 per kilogram, nilai jualnya mencapai Rp 54 miliar per bulan,” jelasnya.

Keresahan petani terhadap harga rumput laut saat ini dirasakan pula oleh pihak perbankan, selaku pemberi modal usaha, bank pasti merasa takut petani tidak mampu membayar cicilan pinjamannya.

Kamaruddin mengaku dirinya sempat dihubungi pihak bank mempertanyakan kondisi rumput laut Nunukan, yang terus mengalami penurunan harga sepanjang 6 bulan terakhir, termasuk kesulitan petani mengirim rumput ke luar daerah.

“Bukan kami petani saja resah, pihak bank ikut resah takut pinjaman petani macet karena tidak mampu bayar,” ucapnya.

Sebagai daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia, harga jual di Nunukan menjadi patokan bagi daerah- penghasil lainnya, namun begitu kualitas rumput laut Nunukan lebih rendah dibanding daerah lain.

Meski harga turun, petani usaha rumput laut enggan berpindah ke usaha lainnya, ini terbukti dengan masih banyaknya bentangan tali – tali rumput laut di sepanjang pesisir laut pulau Nunukan dan pulau Sebatik.

“Jumlah petani masih sekitar Rp 6.000 orang, mereka tetap bertahan ditengah hancurnya harga,” tutup Kamaruddin.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: