Hasil Panen Padi Krayan Berkurang karena Populasi Kerbau Semakin Sedikit

Budidaya padi Adan secara organik Kecamatan Krayan terancam setelah populasi kerbau menurun drastis dalam 20 tahun terakhir. (Foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Hasil panen padi Adan di dataran tinggi Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara menurun semenjak limbah kotoran kerbau sebagai pupuk organik berkurang karena populasi kerbau semakin sedikit.

“Kalau ditanya kenapa hasil panen padi Adan terus menurun, jawabannya sudah pasti karena pupuk organik yang dihasilkan kerbau berkurang,” kata Kepala Bidang Infrastruktur Pangan Sarana dan Prasarana Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Nunukan, Sambiyo pada Niaga.Asia, Selasa (05/09/2023).

Menurut Sambiyo, jumlah kerbau di Krayan tahun 2023 diperkirakan sekitar 3.000 ekor. Jumlah ini sangat jauh berbeda dibandingkan tahun 2001 yang mencapai 10 ribu ekor. Berkurangnya populasi kerbau tentunya menurunkan kesuburan persawahan.

Petani sawah di Krayan menjadikan kotoran kerbau sebagai pupuk organik untuk kesuburan pagi. Pertanian organik ini ciri khas padi Adan yang sangat terkenal di Indonesia bahkan sampai ke Malaysia dan Brunei.

“Orang Krayan melepas kerbaunya selama 6 bulan di sawah yang kotorannya menjadi pupuk, setelah itu ditanami padi, jadi panen disana 1 kali setahun,” sebutnya.

Sambiyo menambahkan, luasan sawah di Krayan sekitar 3.400 hektar dengan hasil panen di tahun 2022  rata-rata 3 ton per hektar di wilayah pedalaman, sedangkan sawah di pusat kecamatan antara 1,5 sampai 2 ton per hektar.

Kecilnya hasil panen ini dipengaruhi rusaknya lahan persawahan akibat pencemaran limbah pabrik dan alat berat serta kendaraan yang secara tidak langsung mengganggu kesuburan lahan.

“Untuk luasan lahan persawahan tidak berkurang, tapi hasil panen tahun 2022 menurun dibandingkan tahun 2021 sekitar 4,5 ton per hektar,” kata Sambiyo.

Beras Adan Krayan berbeda dengan beras Adan produk Bakalalan, Serawak, Malaysia, meski sama-sama menggunakan nama Adan, namun sistem penanaman padi di sana tidak menggunakan pupuk organik kotoran hewan.

Padi organik Krayan telah memiliki sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), pemberian sertifikat itu memiliki arti penting bagi produk untuk melindungi komoditas dari pihak lain yang akan mengklaim.

“Makanya kita harus menjaga bren beras organik Krayan, peminat beras Adan banyak hanya saja masih terkendala transportasi,”  kata Sambiyo.

Kerbau banyak dijual warga

Berkurangnya populasi kerbau di Krayan, kata Sambiyo, tidak lepas dari terbukanya akses transportasi darat. Banyak kerbau dijual ke Brunei Darussalam dan Sarawak, Malaysia. Sebagian lagi dibawa ke Kabupaten Malinau.

Padahal, Pemerintah Nunukan telah berapa kali menghimbau peternak dan pemilik sawah agar memelihara populasi kerbau apabila ingin mempertahankan persawahan organik dari kotoran hewan.

“Sekarang mulai dipersulit penjualan kerbau ke luar negeri, bahkan Satgas Pamtas ikut membatasi akses keluar,” tuturnya.

Sambiyo menuturkan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Nunukan pernah meminta Provinsi Kaltara membantu pengembangan populasi ternak kerbau dengan cara kawin suntik, namun teknik ini kesulitan benih ternak.

Lagi pula, tingkat keberhasilan pengembangan kerbau lewat kawin suntik sangat rendah dibandingkan ternak sapi kawin secara alami.

“Tetap kita coba pengembangan kerbau, tapi akan lebih baik kalau pengembangan lewat kawin alami antara kerbau,” bebernya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan 

Tag: