BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Angka prevalensi kasus stunting di Kota Balikpapan mengalami kenaikan, dari 17 persen menjadi 19 persen. Itu berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan, Alwiati, membenarkan perihal itu.
“Naiknya angka prevalensi stunting di Balikpapan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Para orang tua mengalami keterpurukan secara finansial,” ujarnya.
Hal tersebut akhirnya berpengaruh pada berkurangnya ketersediaan dan keterjangkauan makanan bergizi, dan terganggunya pelayanan kesehatan, gizi, dan perlindungan sosial pada anak.
“Tahun kemarin masih ada sisa terdampak dari Covid-19. Untuk meningkatkan gizinya, masyarakat masih dalam tahap pemulihan atau bangkit dari keterpurukan secara finansial,” kata Alwiati, Rabu (1/2).
Menyikapi kondisi tersebut, DP3AKB bersama Dinas Kesehatan Kota Balikpapan serta stakeholder terkait lainnya menggelar rapat koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
“Ini menjadi warning buat kita semua, untuk melakukan percepatan penurunan stunting di Balikpapan,” ungkapnya.
Upaya yang dilakukan yakni melalui pendekatan hingga pembinaan kepada peningkatan peran tim pendamping keluarga. Selain itu, dengan melakukan peningkatan kunjungan lapangan yakni intervensi baik sensitif maupun spesifik.
“Intervensi spesifik harus diperkuat dan dipertajam lagi, untuk bisa mengkaji apa saja permasalahan bagi keluarga beresiko stunting,” ucap Alwiati.
Kemudian, pada intervensi sensitif juga akan dilakukan kunjungan ke rumah-rumah keluarga, yang berisiko stunting, kondisi sosialnya.
“Jangan lupa, kita harus mengevaluasi kondisi ekonominya. Bagaimana kita membantu mengentaskan permasalahan ini, dengan memberikan akses untuk peningkatan status ekonomi masyarakat. Supaya mampu memberikan gizi yang baik untuk keluarganya,” pungkasnya.
Penulis: Heri | Editor: Intoniswan
Tag: Stunting