
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Strategi operasi moneter pro-market terus diperkuat Bank Indonersia untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan guna memastikan pencapaian sasaran inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan pasar valas serta mendorong aliran masuk modal asing ke dalam negeri. Hingga 17 Februari 2025, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp892,90 triliun, 3,03 miliar dolar AS, dan 587 juta dolar AS.
Demikian Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso, mengutip hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Februari 2025.
Menurut Ramdan, penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri dan stabilitas nilai tukar Rupiah. Kepemilikan nonresiden dalam SRBI per tanggal 17 Februari 2025 mencapai Rp225,35 triliun (25,24% dari total outstanding).
“Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar, sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi,” katanya.
Di samping itu, Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat operasi moneter dan sekaligus sinergi erat dengan kebijakan fiskal Pemerintah.
Selama tahun 2025 (hingga 17 Februari 2025), Bank Indonesia telah membeli SBN sebesar Rp32,46 trilliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp19,46 trilliun dan pasar primer sebesar Rp12,99 trilliun.
Ke depan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valas, mendorong aliran masuk modal asing, berkoordinasi erat dengan kebijakan fiskal Pemerintah.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: SBN