
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Secara umum, perekonomian Kaltim pada triwulan I 2024 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja ekonomi triwulan sebelumnya, regional Kalimantan, dan nasional. Secara historis, pertumbuhan di triwulan I ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2013.
Dari sisi lapangan usaha (LU), kinerja tersebut ditopang terutama oleh LU Pertambangan dan Konstruksi yang mencatatkan andil pertumbuhan tertinggi dibandingkan lapangan usaha lainnya. Sejalan dengan sisi lapangan usahanya, andil pertumbuhan tertinggi dari sisi pengeluaran berasal dari net ekspor dan investasi.
Kebutuhan batubara domestik yang meningkat di tengah target produksi batu bara 2024 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi pendorong kinerja LU Pertambangan dan komponen ekspor di triwulan I 2024.
Sementara itu, akselerasi pembangunan IKN yang didukung oleh peningkatan investasi dan belanja pemerintah untuk barang dan jasa pendukung pembangunan IKN serta sejumlah proyek strategis daerah menjadi pendorong pertumbuhan LU Konstruksi dan PMTB lebih tinggi di periode ini.
Demikian disampaikan Kepala Perwakilan BI Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto dalam Laporan Perekenomian Kaltim.
“Melihat perkembangan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) hingga akhir Triwulan I 2024, Bank Indonesia Perwakilan Kaltim, prospek ekonomi Kaltim tahun 2024 tetap bagus, di atas 5%-6%,” katanya.
Kinerja LU Industri Pengolahan diprakirakan tumbuh menguat didorong oleh peningkatan konsumsi global dan nasional dan akselerasi pembangunan pabrik. Industri pengolahan di Kaltim masih didominasi oleh migas dengan pangsa sebesar 54,60% dan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Selain itu, lanjut Budi, pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah turut mendorong pengembangan industri di Kaltim. Salah satunya ialah pembangunan pabrik amonium nitrat PT. Kaltim Amonium Nitrat (KAN) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) patungan dari PT. Pupuk Kaltim dan PT. Dahana, yang memiliki kapasitas produksi mencapai 75.000m3 ton, sehingga diproyeksikan dapat mengurangi kebutuhan 8% impor.
“Nilai investasi proyek ini mencapai sebesar Rp1,2 triliun dengan lokasi seluas 6 hektare di Kawasan Industrial Estate (KIE) Bontang,” katanya.

Selain itu, kinerja Industri pengolahan diprakirakan akan semakin menggeliat seiring dengan adanya pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V yang merupakan pabrik refinery terbesar di Indonesia. Berbagai akselerasi pembangunan pabrik di Kaltim merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mendukung hilirisasi komoditas pangan, khususnya di Kaltim.
Selain itu, menurut Budi, LU Konstruksi diprakirakan masih tumbuh seiring dengan pembangunan infrastruktur dan Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Sejak triwulan terakhir 2023, kinerja LU Konstruksi menunjukkan pertumbuhan yang tinggi didorong oleh pembangunan proyek-proyek strategis tahun jamak meliputi Bendungan Sepaku – Semoi, pembangunan berbagai ruas jalan nasional, belanja infrastruktur pemerintah daerah dan proyek strategis nasional IKN,” ungkapnya.
Pembangunan IKN yang ditargetkan pada 2024 diprakirakan masih akan terus berlangsung dan akan mendorong belanja infrastruktur pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui pembangunan bandara VVIP dan penciptaan sentra ekonomi di kawasan sekitar IKN.
Potensi pertumbuhan juga bersumber dari percepatan pembangunan KIPP untuk menarik investor baru. Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh korporasi seperti penambahan/pembangunan pabrik pengolahan dan infrastruktur perusahaan tambang diprakirakan juga akan berkontribusi positif terhadap kinerja LU Konstruksi.
Menurut Budi, dari sisi pengeluaran, Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB) diprakirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan.
“Peningkatan Konsumsi Pemerintah dan PMTB didorong oleh berlanjutnya investasi jangka panjang pemerintah pusat maupun daerah maupun belanja tahun berjalan yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya,” paparnya.
Selain itu, belanja investasi swasta baik infrastruktur maupun barang modal diperkirakan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian daerah dan nasional yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Beberapa perusahaan berencana untuk melakukan ekspansi usaha dalam bentuk penambahan kapasitas produksi dan perbaikan infrastruktur untuk memenuhi permintaan domestik maupun global.
“Sebagai proyek strategis nasional tahun jamak dengan alokasi anggaran yang cukup besar, pembangunan Ibu kota Nusantara (IKN) juga turut mendorong kinerja PMTB dan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2024,” terang Budi.
Terakhir, LU Pertambangan diprakirakan masih tetap tumbuh di tengah tren penurunan harga bahan bakar dunia. LU Pertambangan masih menjadi sektor ekonomi utama di Kaltim dengan pangsa sebesar 43,19% di tahun 2023.
“Pada triwulan II 2024, harga batu bara diprakirakan mulai menunjukkan tren kenaikan seiring masih tingginya permintaan dari mitra dagang utama seperti Tiongkok,” ungkap Budi.
Pada tahun 2024, produksi batu bara diprakirakan akan meningkat sejalan dengan target DMO batu bara 2024 oleh Kementerian ESDM sebesar 220 juta ton. Namun demikian, pertumbuhan LU Pertambangan masih dihadapkan pada beberapa tantangan yang antara lain berasal dari disrupsi rantai pasok, curah hujan yang meningkat, serta keterbatasan ketersediaan alat berat.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Ekonomi Kaltim