
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Ketua TP PKK Kalimantan Timur (Kaltim) Sarifah Suraidah Harum melalui Staf Ahli Pendidikan Keluarga Wahyu Hernaningsih Seno, mengungkapkan, cakupan imunisasi anak di Provinsi Kaltim belum mencapai target optimal karena masih dihadapkan pada berbagai tantangan mendasar, seperti adanya hoaks dan minimnya edukasi membuat orangtua taku meimunisasi anaknya.
“Bukan hanya cakupan yang rendah, tetapi juga kesadaran masyarakat Kaltim tentang pentingnya imunisasi yang belum merata. Banyak orang tua tidak paham pentingnya pemberian imunisasi yang lengkap dan tepat waktu,” ungkapnya di Gedung Olah Bebaya, Lamin Etam, jalan Gajah Mada, Samarinda, Rabu (30/4).
Tantangan yang dihadapi mulai dari rendahnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi, terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang mampu memberikan edukasi, hingga akses vaksin yang belum merata. Ia menilai kondisi ini memperlihatkan bahwa ‘banyak sekali yang masih kurang’ dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi di daerah.
Berdasarkan data tahun 2024, kata istri wakil gubernur (wagub) itu, cakupan imunisasi DPT-1 di Samarinda hanya 72,6 persen. Cakupan imunisasi campak mencapai 78,2 persen, dan imunisasi dasar lengkap 78 persen. Di tingkat provinsi, berdasarkan Riskesdas, cakupan DPT-1 berada di angka 75 persen dan campak 84,1 persen.
Hoaks Jadi Penghambat Serius
Ia mengungkapkan, salah satu penyebab rendahnya cakupan adalah persepsi negatif yang masih kuat di tengah masyarakat. Banyak yang masih takut anaknya demam, kejang, bahkan percaya hoaks seperti vaksin menyebabkan autisme atau kemandulan.
Kata dia, keterbatasan tenaga kesehatan dan kader-kader mumpuni yang bisa memberikan edukasi menjadi tantangan tersendiri. Tak hanya itu, koordinasi lintas sektor juga masih sangat lemah dan permasalahan ini harus menjadi perhatian semua pihak.
“Belum semua Posyandu punya SDM yang cukup untuk menjelaskan soal imunisasi secara mendalam. Semua pihak juga belum bergerak bersama. Akibatnya, vaksinasi belum sampai ke lapisan masyarakat paling dasar, terutama di daerah pelosok,” jelasnya.
Padahal, kata dia, keberhasilan imunisasi sudah terbukti secara historis. Indonesia menyandang status bebas polio sejak 27 Maret 2014. Vaksin juga telah menekan drastis kasus penyakit seperti batuk rejan dan difteri yang dulunya menyebabkan kematian.
“Kalau kita bisa tangani polio, kenapa tidak untuk penyakit lain, kan begitu. Asal seluruh elemen bergerak bersama, saya yakin anak-anak kita bisa dilindungi dari penyakit menular berbahaya,” katanya.
Peran Vital Kader Posyandu
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltim, Diane Meytha Supit, menyampaikan bahwa para kader Posyandu adalah ujung tombak dalam edukasi imunisasi di lapangan.
“Kader-kader ini yang paling hebat. Mereka berhubungan langsung dengan para ibu di masyarakat. Banyak yang tadinya takut, akhirnya setuju imunisasi karena dijelaskan oleh ibu-ibu kader. Ibu-ibu kader ini harus kita berikan pemahaman lebih mendalam lagi,” tuturnya.
“Kalau Ibu-ibu kader pemahamannya tentang imunisasi sangat luar biasa, kan itu bagus. Pasti banyak yang dulunya takut imunisasi, jadi tidak takut lagi, karena ada yang memberi mereka edukasi. Jadi, akhirnya mau imunisasi,” sambungnya.
Ia menambahkan, kader-kader tidak hanya menyampaikan pentingnya imunisasi, tapi juga memberikan edukasi kesehatan secara umum.
“Edukasi yang mereka berikan menyentuh, karena datang dari sesama ibu-ibu yang dipercaya. Ini kekuatan yang tidak bisa digantikan,” terangnya.
Namun, Diane juga menyampaikan bahwa masih ada kelompok masyarakat yang menolak vaksin sama sekali. “Kalau anaknya sakit, datang ke dokter dengan kepanikan luar biasa. Tapi sebelumnya menolak imunisasi. Ini realitas yang masih terjadi,” bebernya.
Diane berharap edukasi tentang vaksinasi dapat menyebar lebih luas lagi. “Semoga semakin banyak masyarakat yang teredukasi dan ikut menularkan informasi positif ini ke lingkungannya. Jangan sampai ada lagi bayi meninggal karena tetanus, dirawat di ICU karena batuk rejan, atau mengalami TBC otak karena tidak imunisasi,” pungkasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: Imunisasi