HUT ke-25 Nunukan, Laura Paparkan Tantangan Sembilan Tahun Menjabat Bupati

Bupati Nunukan Hj.Asmin Laura. (Foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Hj Asmin Laura saat menyampaikan pidato diiringi isak tangis sebagai bentuk rasa haru, memparkan tantangan dan dinamika yang harus dilaluinya selama 9 tahun lebih menjabat sebagai bupati kabupaten Nunukan.

Tantangan dan dinamika itu mulai dari transisi dari bagian Pemprov Kalimantan Timur ke Pemprov Kalimantan Utara, serta diberlakukan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana banyak kewenangan kabupaten beralih ke pemerintah provinsi, dan ada pula ke pemerintah pusat, dan terakhir menghadapi Covid-19 dari 2020-2022.

“Ïni tahun terakhir merayakan HUT Kabupaten Nunukan dan membacakan pidato, Tangisan saya tadi lebih kepada rasa terharu dari apa yang sudah kita capai selama 25 tahun,” kata Laura dalam Rapat Paripurna Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan, Kalimantan Utara, memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25 Kabupaten Nunukan., Sabtu (12/10/2024).

Rapat Paripurna dipimpin langsung Ketua DPRD Nunukan, Hj Rahma Leppa, didampingi wakil ketua, Arfiah dan Hj Maryati, dihadiri anggota DPRD Nunukan 2024-20209 yang kini berjumlah 30 orang, anggota Forkopimda, tokoh masyarakat, agama, adat, setta pimpinan OPD di lingkup Pemkab Nunukan.

Masa transisi pemerintahan daerah dan pemberlakuan UU Nomor 23 sangat berpengaruh terhadap percepatan pelayanan publik dan di sisi lain bupati harus patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Tantangan terus berlanjut di tahun 2020 – 2022 bersamaan pandemi Covid-19, setiap daerah melakukan refocusing anggaran untuk penanganan pandemi dan percepatan masa pemulihan ekonomi masyarakat,” ujar Laura.

Tantangan-tangan selama 9 tahun memimpin Nunukan tersebut menjadi persoalan berat. Namun begitu, pemerintah daerah harus tetap bekerja mengoptimalkan pembangunan di semua sektor agar pelayanan tetap berjalan sesuai rencana.

“Banyak hal belum maksimal dikerjakan pemerintah, misalnya memenuhi kebutuhan dasar  masyarakat akan air bersih dan listrik, meskipun progress pelayanan terus naik tiap tahun,” ujarnya.

Laura menuturkan, persoalan ketersediaan air bersih di Nunukan lebih dikarenakan cuaca, embung-embung yang yang ada ebih mengandalkan curah hujan, sehingga ketika kemarau panjang, stok air baku di embung menipis.

“Kita sudah upayakan sambungan air bersih ke rumah-rumah warga, cuma belum maksimal, masih di kisaran 50 persen dari jumlah penduduk, mudah-mudahan pemimpin selanjutnya bisa melanjutkan,” harap Laura.

Pada bagian lain Laura menyebut, luasnya wilayah Kabupaten Nunukan menjadi tantangan tersendiri dalam memimpin. Hal itu pula yang menyebabkan masih banyak aspirasi-aspirasi masyarakat yang belum sepenuhnya dipenuhi pemerintah.

Penyesuaian anggaran perlu dilakukan untuk menentukan skala prioritas pembangunan. Sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi tetap menjadi prioritas pemerintah agar pelayanan publik terpenuhi.

“Saya berharap pemimpin selanjutnya bisa melanjutkan apa yang sudah baik dan mengevaluasi yang belum baik, memang tidak mudah melayani daerah dengan kondisi seluas Nunukan,” terangnya.

“Saya belajar menjadi wanita kuat memimpin daerah perbatasan dan saya banyak belajar keikhlasan serta kesabaran memberikan pelayanan ke masyarakat,” pungkasnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan | Advertorial

Tag: