
BALI.NIAGA.ASIA – High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (atau kita sebut HLF-MSP) dan Indonesia Afrika Forum yang ke-2 (IAF 2) yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, ini hari, dihadiri 1.400 orang dari 29 negara.
Setelah sesi Leaders selesai, pertemuan HLF-MSP dan IAF dilanjutkan dan masih akan berlangsung sampai esok hari. Kegiatan tidak saja dalam bentuk pertemuan pleno seperti tadi pagi, namun juga dalam bentuk Leaders’ talk, business matching, diskusi panel, dan juga side events.
Dan di sela-sela kedua pertemuan tersebut, juga akan diadakan pertemuan Konsul Kehormatan Indonesia di Afrika. Konsul Kehormatan ini adalah “jembatan” Indonesia dalam memperkokoh hubungan bilateral dengan negara-negara Afrika.
“Pertemuan dengan Konsul Kehormatan besok akan dipimpin oleh Wamenlu, karena nanti malam saya harus kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan ketibaan Paus Fransiskus besok siang di Jakarta,” kata Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno LP Marsudi dalam Press Briefingnya, Senin (2/9/2024).
Menurut Menlu, Indonesia Africa Forum ini adalah forum yang kedua. IAF yang pertama kita selenggarakan pada tahun 2018, dan tahun ini tema yang diusung adalah “Bandung Spirit for Africa Agenda 2063″.
Sebagaimana IAF yang pertama, IAF yang ke-2 tujuan utamanya adalah memperkokoh kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. Hubungan politik dan historis antara Indonesia dan Afrika telah terbangun kokoh sejak 1955, dan fondasi yang kokoh tersebut penting digunakan untuk membangun kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
Menlu juga menjelaskan mengapa IAF penting.
Pertama, melalui IAF Indonesia menyerukan soliditas Global South untuk menjadi penggerak perubahan.
“Kita tahu, kondisi global saat ini semakin mengkhawatirkan. Ini mengakibatkan perekonomian global menjadi tidak menentu. Dan negara berkembang, negara-negara dari Global South, adalah yang paling terkena dampaknya,” ucapnya.
Oleh karena itu, negara-negara Global South harus memiliki semangat yang sama untuk menjadi bagian penting dari perubahan dan menjadi bagian dari solusi melalui kemitraan dan kerja sama yang lebih solid.
“Kita bersyukur, selama pertemuan yang dipimpin oleh Presiden tadi pagi dan kemudian dilanjutkan oleh Pak Menteri Bappenas, keinginan memperkuat kerjasama selatan-selatan sangat jelas. Dan Spirit Bandung dijadikan kompas yang digunakan untuk menavigasi kerjasama selatan-selatan,” papar Menlu.
Presiden RI di dalam pembukaan sesi Leaders juga menyampaikan untuk menjadi bagian dari solusi masalah global, Indonesia berkomitmen untuk terus memerankan bridge builder, sebagai jembatan antara perbedaan-perbedaan.
Dan juga menjadi jembatan dalam membela kepentingan Global South, serta terus memperjuangkan kesetaraan, keadilan bagi negara-negara berkembang. Saatnya suara dan kepentingan Global South didengarkan, dan hak Global South atas pembangunan harus dihormati.
Yang kedua, terus mengobarkan Spirit Bandung. Rekan-rekan, kedekatan historis dengan negara-negara Afrika harus terus kita jaga, dan Semangat Bandung perlu terus kita kobarkan.
Pada 2013, Uni Afrika telah mencanangkan “Africa Agenda 2063“, yang memuat peta jalan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkesinambungan bagi negara-negara Afrika untuk 50 tahun ke depan. Jadi, dicanangkan 2013, untuk 50 tahun ke depan dan akan dicapai pada 2063.
“Kita berharap, dan alhamdulillah dari diskusi tadi pagi, Spirit Bandung tetap menjadi bagian dari agenda tersebut. Tadi saya sampaikan bahwa beberapa negara bahkan menyebutkan bahwa Spirit Bandung akan menjadi kompas dalam menavigasi upaya pembangunan dan kerja sama anatara negara-negara selatan. Dan tahun depan, bertepatan dengan 70 tahun KTT KAA, dan menurut rencana Indonesia akan menyelenggarakan Platinum Jubilee of the Asian African Conference,” papar Menlu.
Dan yang ketiga, alasan kenapa IAF penting: ini adalah sebagai salah satu ‘kendaraan’ Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan Afrika.
“Teman-teman tahu bahwa Afrika diproyeksikan menjadi continent of the future atau kontinen masa depan,” ujar Menlu.
Peluang kerja samanya sangat besar. Tahun lalu, pertumbuhan ekonominya mencapai 4%, melampaui pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,7%. Afrika juga miliki bonus demografi, dengan populasi penduduk usia muda yang besar.
“Selain itu, Afrika juga diberkahi dengan berbagai sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral kritis,” demikian Menlu.
Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Afrika terus meningkat dari waktu ke waktu. Sejauh ini, telah terdapat beberapa kerja sama bisnis Indonesia-Afrika yang sudah berjalan, antara lain Indonesia sudah ekspor vaksin ke 41 negara Afrika sejak 2001.
Kemudian pembangunan pabrik mi instan di Nigeria (dan mi instan kita sangat populer di Afrika); pengolahan minyak atsiri cengkeh di Zanzibar yang kemudian akan ditambah unit distilasinya di Afrika; dan juga ekspor alat pertanian dan pupuk Indonesia ke Afrika. Ini hanya beberapa contoh kerja sama yang sudah kita lakukan dengan negara-negara Afrika.
Di dalam Forum kali ini, beberapa penguatan kerja sama ekonomi juga dilakukan antara lain MoU pengembangan Geothermal antara PLN dengan TANESCO Tanzania; Master Agreement kerja sama transfer teknologi kesehatan antara Biofarma dengan Atlantic Lifesciences Ghana.
MoU kerja sama bidang farmasi antara Biofarma dengan Natpharm Zimbabwe; Master Agreement kerja sama transfer teknologi vaksin antara Biofarma dan Biovax Kenya; dan ada LoI antara PT DI dengan ADTrade tentang pembelian dan perawatan pesawat oleh Republik Demokratik Kongo dan juga dengan Senegal.
“Afrika terlalu besar untuk tidak menjadi perhatian kita, dan Indonesia menyatakan siap bermitra dengan negara-negara Afrika, khususnya di sektor pangan, energi, kesehatan, dan mineral,” kata Menlu meyakinkan.
Keempat, mendorong percepatan pencapaian target SDGs global. Teman-teman tahu bahwa pencapaiantarget SDGs yang tinggal beberapa tahun lagi sampai di 2030 masih sangat rendah yaitu baru 17%.
“Tadi, Bapak Presiden menyampaikan bahwa pencapaian target SDGs harus tetap menjadi fokus utama. Dan ini harus diselaraskan dengan prioritas nasional dan regional. Kita masih memiliki banyak PR bersama ke depannya. Kita berharap berbagai kerja sama konkret yang dihasilkan dalam IAF kali ini dapat mendorong percepatan pencapaian target SDGs global,” pungkasnya.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: EkonomiIAFIndonesia - Afrika