
NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Harga sejumlah sembako Malaysia di pasar tradisional Nunukan dan Sebatik, merangkak naik pasca menguatnya nilai tukar Ringgit Malaysia (RM) terhadap rupiah dari sebelumnya Rp 3,400 per 1 RM naik menjadi Rp 3,640 per 1 RM.
“Harga sembako Malaysia naik antara Rp 1000 sampai Rp 2000. Kenaikan ini dipicu naiknya nilai tukar ringgit terhadap rupiah,” kata Penasehat Asosiasi Pedagang Perbatasan Sebatik, Muhammad Jafar pada Niaga.Asia, Selasa (22/10/2024).
Menguatnya nilai tukar ringgit terjadi secara perlahan sejak September 2024 dengan nilai tertinggi hampir mencapai Rp 3.700 per 1 RM. Para pedagang sembako Malaysia terpaksa menyesuaikan harga dengan menaikan nilai jual tiap barang.
Harga gula pasir merk Prai yang biasanya dijual Rp 14.000 per kilogram bungkus naik menjadi Rp 15.000, minyak goreng dari Rp 15.000 per bungkus naik Rp 17.000, tepung Murai dari Rp 11.000 per kilogram naik Rp 13.000 dan tepung Rama-Rama dari Rp 12.000 per bungkus naik menjadi Rp 14.000
“Untuk rempah-rempah bumbu masakan termasuk jenis sayuran Malaysia ikut naik sekitar Rp 2000 per jenis barang,” sebutkan.
Sebagai wilayah perbatasan, perdagangan di pulau Sebatik masih menggunakan dua mata uang yakni rupiah dan ringgit Malaysia, kedua mata uang tersebut berlaku sebagai alat transaksi bayar semua jenis barang.
Warung atau kios dan pasar tradisional hingga super market mini penjual produk lokal Indonesia tetap melayani pembayaran menggunakan mata uang Malaysia, begitu pula pembelian produk Malaysia bisa menggunakan uang rupiah.
“Kalau kita belanja gunakan uang rupiah pasti terasa kenaikan harga barang, tapi bagi mereka yang memiliki ringgit biasa saja kenaikan harga,” ujarnya.
Jafar menuturkan, kebutuhan pokok rumah tangga seperti gula pasir, minyak goreng, tepung dan sebagian rempah-rempah hingga Liquified Petroleum Gas (LPG) di pulau Sebatik, masih mengandalkan produk Malaysia.
Persoalan jarak tempuh yang dekat menjadi alasan masyarakat lebih memilih berbelanja kebutuhan rumah tangga di Tawau, Sabah, Malaysia, ketimbang mendatangkan barang lokal dari Surabaya atau Sulawesi.
“Berbelanja di Tawau lebih cepat dan biaya transportasi lebih murah, kalau soal mutu dan kualitas barang lokal dan Malaysia sama -sama baik,” bebernya.
Kenaikan harga dalam 2 bulan terakhir tidak mempengaruhi perdagangan di pulau Sebatik dan Nunukan, sejumlah pedagang lintas batas tradisional tetap memasukan sembako Malaysia, secara normal sesuai kebutuhan.
Masyarakat memahami kenaikan harga jual barang semata-mata imbas dari naiknya Ringgit Malaysia, harga akan kembali normal ketika nilai tukar rupiah kembali menguat seperti sebelumnya di kisaran Rp 3.300 – Rp 3.400 per 1 RM.
“Berdagang produk Malaysia ditentukan nilai tukar uang, kalau ringgit Malaysia turun, pedagang pasti menurunkan harga jual barang, begitu pula sebaliknya,” ungkapnya.
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: Sembako