
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi, menyebut bahwa Indonesia saat ini sedang dalam kondisi darurat kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Angka kekerasan memang tinggi. Salah satu faktor utamanya adalah perubahan pola asuh dalam keluarga. Gadget itu pengaruhnya besar, baik pada anak maupun orang tua,” ungkap Arifatul yang berada di Samarinda dalam kegiatan pengukuhan dirinya sebagai Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama oleh Ketua Dewan Pembina PP Muslimat NU Khofifah Indah Parawansa dan Rakernas PP Muslimat NU Tahun 2025, Sabtu (10/5/2025).
Arifatul juga menyoroti menurunnya partisipasi masyarakat dalam menangani kasus-kasus kekerasan di lingkungan sekitar.
“Ikatan solidaritas masyarakat semakin mencair. Ketika ada kekerasan, banyak yang merasa itu bukan masalah mereka. Kita ingin bangun kesadaran bahwa ini masalah kita bersama. Kalau ada kekerasan, mari kita selesaikan bersama,” imbuhnya.
Menurutnya, Kaltim telah menunjukkan kemajuan sehingga dapat penghargaan sebagai provinsi peduli perempuan dan anak serta adanya beberapa kota layak anak. Namun, ia menekankan perlunya peningkatan upaya di semua tingkatan.
“Tinggal ditingkatkan saja. Apalagi kemarin kita juga turun langsung meninjau kasus pencabulan anak, jadi langkah-langkah taktis harus terus dilakukan, Ketika ada kekerasan, itu bukan masalah orang lain. Itu masalah kita bersama,” kata Arifatul.
Berdasarkan data yang dihimpun hingga akhir Oktober 2024, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kaltim tercatat sebanyak 810 kasus. Meski turun dibandingkan tahun 2023 yang menembus angka 1.108 kasus, jumlah ini tetap jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 sebanyak 551 kasus.
Samarinda tercatat sebagai kota dengan kasus kekerasan tertinggi, yaitu sebanyak 198 kasus. Disusul Balikpapan dengan 140 kasus, Kutai Kartanegara 119 kasus, Bontang 116 kasus, dan Kutai Timur 77 kasus. Kabupaten/kota lainnya seperti Kutai Barat, Berau, Penajam Paser Utara, Paser, hingga Mahakam Ulu juga menyumbang angka kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak meskipun lebih rendah.
Penulis : Nai | Editor : Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: Muslimat NU