
JAKARTA.NIAGA.ASIA – Indonesia dan Malaysia akan memanfaatkan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (Trade and Investment Framework Agreement/TIFA) untuk mencari keuntungan dari perdagangan timbal balik dan mengupayakan berbagai perjanjian kerja sama dengan AS.
Perlu dilakukan sinkronisasi antar negara-negara ASEAN, karena dari 10 negara ASEAN, semua terkena dampak kebijakan tarif resiprokal AS, sehingga perlu secara kolektif membangun komunikasi dan engagement dengan Pemerintah AS.
Indonesia dan Malaysia mengakui bahwa kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump menimbulkan tantangan yang besar terhadap dinamika perdagangan global. Dengan tetap menghormati kebijakan tersebut, Indonesia dan Malaysia percaya pada hubungan yang konstruktif dan saling menguntungkan.
“Indonesia dan Malaysia berkomitmen untuk menjaga kepentingan ekonomi dengan tetap menjaga hubungan perdagangan yang kuat dengan AS,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto setelahmelakukan kunjungan ke Malaysia, 03 April lalu. Indonesia dan Malaysia sama-sama terkena tarif resiprokal sebagaimana diumumkan oleh Presiden Trump pada tanggal 2 April 2025 kemarin.
Dalam kunjungan ke Kuala Lumpur, 03 April lalu, Menko Airlangga mengadakan pertemuan dengan Datuk Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi, Deputy Prime Minister of Malaysia I, di kediaman resmi DPM I membahas perkembangan terbaru kebijakan tarif resiprokal AS. Pada hari kedua Jumat tanggal 04 April 2025, Menko Airlangga diterima langsung oleh PM Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim di kantornya di Putrajaya.
Sumber: Siaran Pers Kemenko Perekonomian | Editor: Intoniswan
Tag: EkonomiPerdagangan