Indonesia Miliki Potensi EBT 3.686 GW

BANDUNG.NIAGA.ASIA  – Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengungkapkan Indonesia memiliki potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang sangat melimpah. Mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, dan juga laut yang total potensinya 3.686 gigawatt (GW).

“Alhamdulillah Indonesia punya EBT. Mulai dari matahari, ada energi bayu (angin), ada bioenergi, ada hidro atau air, dan panas bumi. Ini semua tidak akan habis. Dan tidak kalah pentingnya, karena negara kita memiliki banyak lautan, di laut pun mulai arus, ombak, sampai pasang surutnya itupun bisa dikonversi menjadi listrik. Itu sudah kita identifikasi kira-kira berapa potensinya kalau diubah menjadi listrik. Tercatat sampai ini hampir 3.700 GW,” ungkap Rida pada saat menghadiri Rapat Kerja Nasional Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tahun 2023 di Bandung hari ini, Sabtu (4/2).

Rida menuturkan, kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia di tahun 2022 mencapai 81,2 GW. Jumlah tersebut masih dapat banyak dikembangkan dan dimanfaatkan melihat potensi EBT Indonesia mencapai 3.686 GW. Dengan melimpahnya dan dimanfaatkannya EBT dapat dijadikan modal utama dalam melakukan transisi energi.

“Listrik Indonesia saat ini kurang lebih 81 GW, bayangkan kita memiliki sumber 3700 GW. Ini masih banyak sekali. Artinya apa, ini adalah modal kita yang lebih dari cukup untuk melakukan transisi energi dengan cara dimanfaatkannya,” tutur Rida.

Apalagi, lanjut Rida, transisi energi merupakan suatu keharusan dimana semua negara saat ini sedang menghadapi dampak perubahan iklim. “Di forum internasional saat ini ada isu yang semua warga negara bumi sama-sama concern, aware terhadap yang salah satu ini, yaitu pemanasan global. Kenapa, karena kita kan sampai saat ini hanya bumi satu-satunya yang dapat kita tempati,” kata Rida.

Ia mengungkapkan, energi yang saat ini sedang kita nikmati sebagian besar berasal dari fosil. Penggunaan batubara pada pembangkit masih menjadi pilihan selama masa transisi energi berlangsung.

“Listrik yang kita nikmati itu 86 persennya datang dari energi fosil, dan energi fosil adalah energi yang mengeluarkan emisi lumayan tinggi. Terangnya lampu saat ini 64 persennya datang dari batubara yang tentu saja itu penyumbang emisi yang paling besar diantara yang lain,” terang Rida.

Meski Indonesia masih bergantung pada batubara, hal tersebut bukanlah sebuah kesalahan atau hal yang perlu disesali, justru hal yang patut disyukuri sebab Indonesia dikaruniai batubara yang berlimpah yang dimanfaatkan untuk pergerakan ekonomi.

“Itu tidak salah, yang salah adalah kalau kita tidak melakukan apa-apa. Kita kan punya batubara banyak, itu tidak perlu disesali, malah harus disyukuri karena itu adalah anugerah Allah SWT,” tutup Rida.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: