Indonesia Minta UE Tidak Gunakan Isu Sustainability untuk Alat Proteksi Dalam Perdagangan

Uni Eropa melarang CPO Indonesia masuk pasar Eropa dengan dalih merusak lingkungan. (Foto Istimewa)

BRUSSEL.NIAGA.ASIA –  Indonesia concern terkait kebijakan Uni Eropa yang dapat menghalangi kemitraan dengan ASEAN, misalnya terkait kelapa sawit dan EUDR (EU Deforestation Regulation).  ASEAN juga peduli dengan kelestarian lingkungan dan pendekatan yang diambil haruslah saling membantu, bukan menghukum.

“Saya menekankan bahwa standar “one-size fits all” tidak dapat diberlakukan. Jika tujuannya adalah untuk memperkuat kerja sama, maka pilihannya hanya satu yaitu saling bekerja sama, saling membantu, dan menghindari isu sustainability digunakan untuk alat proteksi di dalam perdagangan,” kata Menlu RI, Retno LP Marsudi dalam Press Briefingnya usai berbicara di di sesi Roundtable I yaitu mengenai geopolitik dan keamanan ASEAN-EU Ministerial Meeting ke-24

Menurut Menlu, ia menyampaikan dan menekankan beberapa hal. Pertama, Indonesia dan ASEAN berkomitmen untuk terus menjadi kontributor utama dalam menciptakan dan menjaga perdamaian serta kemakmuran di Indo-Pasifik. ASEAN telah memiliki konsep yaitu AOIP dan ASEAN juga telah mulai mengimplementasikannya pada saat keketuaan Indonesia di ASEAN tahun lalu.

“Saya tekankan juga bahwa ASEAN membuka pintu untuk bermitra dengan semua pihak termasuk dengan Uni Eropa. Dan saya jelaskan mengenai prioritas-prioritas kerja sama yang diinginkan ASEAN sesuai AOIP, yaitu konektivitas, infrastruktur, pencapaian SDGs, perdagangan, dan investasi.”

Kedua, kata Menlu, dia tekankan di dalam Roundtable yang pertama ini adalah ASEAN dan EU adalah mitra dalam safeguarding penghormatan terhadap hukum internasional dan multilateralisme.

“Hal ini juga disebut oleh HRVP Josep Borrel pada saat pembukaan dan saya tekankan kembali dalam intervensi saya. Penghormatan terhadap hukum internasional ini harus berlaku untuk semua isu, baik Ukraina maupun Palestina dan Gaza. Konsistensi dalam penerapan kembali saya tekankan,” terangnya.

Menlu juga menyampaikan, pertemuan besar kedua yang dihadiri nyaadalah ASEAN-EU Ministerial Meeting ke-24. Dalam Pertemuan tersebut, dirinya hanya menyampaikan dua hal utama.

Pertama, ASEAN-UE harus menjadi mitra untuk kemakmuran. Semua data menunjukkan bahwa EU adalah salah satu mitra penting ASEAN. Dengan lebih dari 650 juta penduduk, ASEAN juga merupakan mitra penting bagi Uni Eropa. Karakter ekonomi ASEAN dan Uni Eropa adalah saling melengkapi.

Kedua, ASEAN dan Uni Eropa harus menjadi mitra perdamaian dan stabilitas.

“Saya sampaikan bahwa dunia saat ini sudah penuh dengan konflik dan tidak perlu menambah konflik baru. Sekali lagi saya tekankan pentingnya penghormatan terhadap prinsip, nilai, dan hukum internasional secara konsisten,” tegas Menlu.

Menlu juga menginformasikan bahwa, ia menyampaikan apresiasi atas dukungan Uni Eropa terhadap AOIP yang mencerminkan komitmen kita untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Indo-Pasifik.

“Saya menekankan bahwa semua orang memiliki hak sama untuk dihormati dan dilindungi termasuk bangsa Palestina. Bangsa Palestina memiliki hak yang sama untuk hidup dan untuk memiliki negara,” pungkasnya.

Sumber: Kemlu RI | Editor: Intoniswan

Tag: