BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Kota Balikpapan mencatat inflasi sebesar 0,53 persen (mtm) pada Juli 2023, menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan Juni 2023 yang tercatat sebesar 0,08 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Balikpapan mencapai 3,67 persen (yoy), yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 3,08 persen (yoy) maupun inflasi gabungan dua kota di Provinsi Kalimantan Timur 3,56 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Bambang Setyo Pambudi menjelaskan bahwa inflasi pada bulan Juli 2023 didorong oleh komoditas angkutan udara, ikan layang/ikan bonggol, rokok putih, rokok kretek filter dan kangkung.
“Kenaikan harga yang terjadi pada komoditas angkutan udara sejalan dengan tingginya permintaan dengan adanya periode libur sekolah dan kegiatan kedinasan dari berbagai instansi di area Balikpapan,” kata Bambang, Rabu (2/8).
Kemudian, inflasi pada komoditas ikan layang/ikan benggol seiring dengan gelombang tinggi di bulan Juli 2023 yang menyebabkan turunnya hasil tangkapan nelayan.
Sementara itu rokok putih dan rokok kretek filter turut mengalami kenaikan harga akibat adanya penyesuaian harga dari distributor sebagai dampak lanjutan dari rencana penyesuaian biaya cukai dan biaya distribusi yang meningkat, serta adanya peningkatan permintaan.
“Untuk komoditas kangkung mengalami inflasi akibat masih tingginya curah hujan yang menghambat distribusi dari daerah penghasil sehingga menyebabkan terbatasnya pasokan di pasar,” ujarnya.
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami deflasi antara lain daging ayam ras, sawi hijau, kacang panjang, semangka dan ikan tongkol/ikan ambu-ambu.
“Penurunan harga komoditas daging ayam ras didorong oleh konsumsi masyarakat yang mulai kembali normal. Selain itu, penurunan harga sawi hijau dan kacang panjang terjadi seiring dengan datangnya musim panen,” tuturnya.
Ke depan, beberapa faktor diperkirakan masih akan memberikan tekanan inflasi. Yakni gangguan cuaca yang tidak menentu serta ancaman El Nino yang diprediksi akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus – Oktober 2023.
“Ini berpotensi mengganggu kinerja produksi pangan di daerah produsen sehingga menghambat distribusi ke wilayah Balikpapan,” ungkapnya.
Faktor lainnya, tingginya permintaan untuk berbagai komoditas pangan dan jasa di Kota Balikpapan yang disebabkan oleh adanya dua program srategis nasional, yaitu RDMP Pertamina Balikpapan dan Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Bambang melanjutkan, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah kerja Bank Indonesia Balikpapan terus bersinergi dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi.
Diantaranya melalui pelaksanaan bazar murah TPID, koordinasi program pengendalian inflasi dan pelaksanaan operasi pasar SPHP yang terangkum dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), optimalisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) eksisting dan penjajakan KAD baru.
Selanjutnya peningkatan edukasi dan pengendalian ekspektasi masyarakat melalui program Sekolah Paham Rupiah dan Inflasi (SPRI).
“Ke depannya, Bank Indonesia akan senantiasa bersinergi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menjaga tingkat inflasi pada rentang target inflasi nasional 3% ± 1%,” pungkasnya.
Penulis: Heri | Editor: Intoniswan
Tag: Inflasi BalikpapanTransportasi Udara