Inflasi Balikpapan Tembus 1,67 Persen di Maret 2025, Dipicu Komoditas Pangan

Cabai rawit satu dari lima komoditas utama yang mendorong inflasi Balikpapan di bulan Maret 2025. (dok/niaga.asia/Heri)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Dua bulan berturut-turut mencatatkan deflasi, Kota Balikpapan akhirnya mengalami inflasi sebesar 1,67 persen pada Maret 2025.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan tercatat mencapai 1,38 persen, lebih tinggi dari angka nasional sebesar 1,03 persen maupun rata-rata gabungan empat kota yang berada di 1,36 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan Robi Ariadi menerangkan, kelompok makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar inflasi bulan ini dengan andil mencapai 1,46 persen.

“Lima komoditas utama yang mendorong inflasi antara lain tarif listrik yang naik seiring berakhirnya program diskon 50 persen dari pemerintah, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan,” kata Robi, melalui keterangan tertulis, Kamis 10 April 2025.

Menurutnya, kenaikan harga cabai rawit dipicu oleh menurunnya pasokan akibat tingginya curah hujan di sentra produksi. Sementara permintaan udang basah dan ikan layang meningkat selama Ramadan dan menjelang Idulfitri. Di sisi lain, hasil tangkapan nelayan terbatas karena cuaca buruk.

“Kenaikan harga emas perhiasan juga tidak lepas dari tren kenaikan harga emas dunia,” ujar Robi.

Namun demikian, beberapa komoditas turut menyumbang deflasi seperti bayam, kacang panjang, sawi hijau, kangkung, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT).

Penurunan harga sayur-mayur terjadi karena melimpahnya pasokan dan produksi. Sedangkan turunnya harga BBRT dipicu oleh tambahan kuota LPG 3 kg, serta operasi pasar rutin oleh Pertamina.

Meski demikian, Robi mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi inflasi ke depan, terutama akibat cuaca ekstrem yang bisa memengaruhi pasokan bahan pokok, sementara permintaan masih tinggi.

“Survei konsumen pada Maret 2025 menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi masih kuat, dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 130,3. Ini menunjukkan optimisme masyarakat tetap tinggi,” pungkasnya.

Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi

Tag: