SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Secara nasional, perempuan pilar utama dalam ketahanan pangan nasional. Perempuan mengelola sekitar 70% tenaga kerja di sektor pertanian dan menghasilkan hingga 80% dari produksi makanan pokok.
Sebagai upaya membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan, Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik mengajak organisasi masyarakat, termasuk Ikatan Pengusaha Wanita di Kaltim untuk mengembangkan usaha greenhouse.
Demikian terungkap dari paparan Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim, Siti Farisyah Yana dalam Konfresensi Pers Bersama Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kaltim Heni Purwaningsih, yang diselenggarakan Kepala Dinas Kominfo Kaltim, HM Faisal, di Balroom Hotel Mercure, hari Senin (23/12/2024).
Jumlah rumah tangga petani (RTP) di Kaltim pada tahun 2018 sebanyak 217.630 dan tahun 2023 berkuarng jadi 205.927. Khusus RTP perempuan pada tahun 2018 sebanyak 18.812 dan tahun 2023 tinggal 17.066. RTP laki-laki tahun 2018 sebanyak 198.826 dan tahun 2023 tinggal 188.861.
“Jadi terus menurun jumlahnya, baik perempuan maupun laki-laki,” kata Yana.
Meski demikian, Yana menegaskan, peran perempuan dalam mencapai swasembada pangan sangat signifikan, karena 24% lebih dari total petani di Indonesia dan pengolahan makanan dikelola perempuan.
Untuk terciptanya swasembada pangan dibutuhkan peran besama tidak hanya pemerintah, namun juga dibutuhkan peran individu. Khususnya petani-petani perempuan.
“Swasembada pangan bukan hanya program pemerintah tapi peran individu dalam menjaga pangan,” ujarnya.
Perempuan juga memiliki peran penting dalam rumah tangga, untuk mengatur kebutuhan gizi pangan yang dibutuhkan keluarga.
“Kesalahan dalam pengelolaan makanan dalam mengurangi kualitas gizi, yang akhirnya mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga,” terang Yana.
Masih disampaikan Yana, saat ini jumlah produksi pangan di Kaltim masih belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan pangan penduduk Kaltim. Hal ini dikarenakan, produksi pangan di Kaltim sering menghadapi gagal panen akibat faktor cuaca dan lingkungan.
“Saat ini kebutuhan pangan di Kaltim masih di datangkan dari luar daerah, seperti beras masih didatangkan dari Jawa dan Sulawesi,” demikian Siti Farisyah Yana.
Produksi beras Kaltim terus menurun. Jika pada tahun 2022 produksi beras Kaltim 139.266 ton, pada tahun 2023 tinggal 125.228 ton, atau turun 10,08%. Sedangkan uang yang keluar dari Kaltim untuk membeli beras dari Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat lebih kurang Rp1,62 triliun/tahun.
Menurut Yana, provitas padi Kaltim per hektar 3,77 ton GKG (Gabah Kering Giling), sehingga dari luas panen padi 53.591,13 diperoleh GKG sebanyak 124.867,32 ton.
Jumlah penduduk Kaltim 2023 3.909.740 jiwa. Dengan rata-rata kebutuhan kalori sebesar 2100 kkl, maka diperlukan 8.210.454.000 kkl, setara 2.052.613.500 gram, atau 2.052,61 ton karbohidrat..
“Jika sumber energi 50% (skor PPH) dari padi/beras, maka kebutuhan karnohidrat 1.026,31 ton atau setara,” ungkap Yana.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: KaltimKetahanan Pangan