Ini Daftar Kesulitan yang Dihadapi IMK di Kaltim

Kesulitan modal, pemasaran, dan bahan baku, masih di daftar utama kendala IMK maju di Kaltim. (Foto BPS Kaltim)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kendala atau kesulitan dalam menjalankan usaha/perusahaan adalah hal yang biasa. Hal ini berlaku juga pada usaha/perusahaan IMK. Sebanyak 68,18 usaha/perusahaan IMK atau sebanyak 17.880 usaha/ perusahaan mengaku mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha/ perusahaannya.

Bahkan untuk usaha Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik (KBLI 26), Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl (KBLI 28), dan Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer (KBLI 29) seluruhnya mengalami kendala/kesulitan. Lima dari 19 KBLI industri pengolahan memiliki kendala atau kesulitan dalam menjalankan usaha IMK di atas 80 persen dari jumlah usahanya.

Sedangkan sisanya mengalami kendala/kesulitan berkisar pada angka 32-72 persen dari jumlah usaha/perusahaan. Sementara pada kabupaten/kota, ada 5 kabupaten/kota yang usaha/perusahaan IMKnya di atas 70 persen, dan sisanya mengalami kesulitan berkisar pada angka 55-64 persen.

Hal itu dilaporkan Kepala BPS Kaltim, DR. Yusniar Juliana, S.ST, MIDEC dalam publikasi hasil Survei IMK Tahunan 2022 (VIMK22 Tahunan)  yang diluncurkan, akhir Desember 2023.

Sumber: BPS Kaltim

Menurut BPS, Jenis kendala/kesulitan terbanyak adalah permodalan yaitu sebesar 24,78 persen. Modal merupakan pondasi penting dalam membangun dan mengembangkan sebuah usaha. Tidak hanya perusahaan besar, usaha/perusahaan IMK juga memerlukan modal untuk mengembangkan usaha/perusahaannya.

“Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan adalah kabupaten/kota dengan persentase usaha/perusahaan IMK yang mengalami kesulitan permodalan terbesar,” ujar Yusniar.

Sedangkan Kabupaten Paser adalah kabupaten dengan persentase usaha/Perusahaan IMK yang mengalami kesulitan permodalan terkecil.

Selanjutnya, kata Yusniar, Industri Makanan (KBLI 10), Industri Pakaian Jadi (KBLI 14), dan Industri Barang Galian Bukan Logam (KBLI 23) adalah kelompok industri dengan persentase usaha/perusahaan IMK yang mengalami kesulitan permodalan terbesar berturut-turut sebesar 46,88 persen, 13,91 persen, dan 8,49 persen.

Sedangkan Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer (KBLI 29), Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki (KBLI 15), dan Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik (KBLI 26) mengalami kesulitan permodalan terkecil berturut-turut sebesar 0,01 persen, 0,02 persen dan 0,02 persen.

“Di sisi lain, Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL (KBLI 28) tidak mengalami kesulitan permodalan. Kendala/Kesulitan yang dialami oleh usaha/ perusahaan IMK selain permodalan adalah pemasaran,” paparnya.

Usaha/perusahaan IMK bukan hanya sekedar membuat atau memproduksi barang saja, tapi juga perlu adanya strategi pemasaran agar banyak permintaan dan lancar produksinya. Ada sebesar 24,53 persen usaha/perusahaan IMK yang kendala/ kesulitannya dalam hal pemasaran.

BPS Kaltim juga mencatat dario hasil surbvei, jenis kendala/kesulitan terbanyak berikutnya adalah bahan baku. Bahan baku adalah jantung dari usaha/perusahaan industri. Tanpa bahan baku tidak akan bisa memproduksi barang.

Sumber: BPS Kaltim

Ketergantungan akan bahan baku ini dirasakan oleh semua usaha industri, baik bahan baku yang berasal dari pembelian ataupun bahan baku yang didapat secara cuma-cuma. Secara keseluruhan kendala/kesulitan terhadap bahan baku ini dirasakan sebanyak 20,07 persen usaha IMK.

Pada usaha IMK Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30) merasakan kesulitan bahan baku sebesar 57,71 persen, Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia (KBLI 20) sebesar 56,14 persen, dan Industri Farmasi, Produk Obat dan Jamu (KBLI 21) kesulitan bahan baku sebesar 39,23 persen.

“Sedangkan Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik (KBLI 26), Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL (KBLI 28) seluruhnya mengalami kesulitan dalam hal bahan baku. Kesulitan bahan baku yang dirasakan oleh usaha IMK ini terutama karena mahalnya bahan baku. Hal ini menjadi masalah karena dapat menaikkan harga produksi dan akibatnya akan susah bersaing dengan usaha IMK sejenis. Ini dirasakan oleh 74,30 persen usaha IMK yang mengalami kesulitan bahan baku,” demikian Yusniar.

Selain itu masalah bahan baku adalah langkanya ketersediaan bahan. Artinya bahan bakunya jarang didapat atau kadang tidak ada. Hal ini dirasakan oleh 16,30 persen usaha IMK. Sebanyak 6,06 persen yang mengalami kesulitan bahan baku karena lokasi sulit. Maksudnya jarak untuk mendapatkannya jauh sehingga ada kesulitan untuk mendapatkan bahan baku dari segi jarak dan kemudahan transportasinya.

“Kendala/kesulitan lain yang dialami oleh usaha IMK adalah masalah langkanya BBM/energi yaitu sebesar 10,46 persen, cuaca sebesar 9,41 persen, tenaga kerja sebesar 5,08 persen, infrastruktur sebesar 2,35 persen, dan lainnya,” pungkas Yusniar.

Untuk diketahui, berdasarkan Survei IMK Tahunan 2022 (VIMK22 Tahunan), BPS Kaltim mencatat sebanyak 26.224 usaha/perusahaan IMK di Provinsi Kaltim. Jumlah ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 1,42 persen dibandingkan 2021 yang berjumlah 26.602 usaha/perusahaan.

Kota Samarinda sebagai ibu kota provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, memiliki jumlah usaha/perusahaan IMK terbanyak, mencapai 25,67 persen dari keseluruhan IMK di Provinsi Kalimantan Timur atau sebanyak 6.731 usaha/perusahaan,” ungkapnya.

Selanjutnya Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan menjadi wilayah dengan jumlah usaha/perusahaan IMK terbanyak kedua dan ketiga, dimana masing-masing wilayah tersebut memiliki lebih dari empat ribu usaha/perusahaan IMK.

Kabupaten Paser yang merupakan wilayah dengan jumlah usaha/perusahaan IMK paling sedikit, sebanyak 4,82 persen atau 1.265 usaha/perusahaan.

Industri mikro adalah usaha/perusahaan industri manufaktur yang tenaga kerjanya antara 1-4 orang, sedangkan industri kecil adalah usaha/perusahaan industri manufaktur yang tenaga kerjanya antara 5-19 orang.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: