JAKARTA.NIAGA.ASIA – Saat ini terdapat berbagai isu terkait industri pangan, seperti keamanan pangan, keberlanjutan, dan pola makan sehat. Isu-isu tersebut harus segera diatasi, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih pangan yang lezat dan ramah lingkungan.
Demikian disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri dalam pembukaan pameran Salon International de L’alimentation (SIAL) Interfood ke-25 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, hari Rabu (13/11)
Wamendag Roro juga menekankan perlunya edukasi keragaman pangan lokal dan pilihan makanan yang lebih sehat.
“Gelaran Salon International de L’alimentation (SIAL) Interfood ke-25 diharapkan menjadi kesempatan untuk saling belajar dan mencari cara untuk mendukung inisiatif pangan lokal dan ramah lingkungan.,” ucapnya.
Wamendag Roro di pembukaan SIAL Interfood ke-25 didampingi Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Mardyana Listyowati, Sekretaris Ditjen PEN Muhammad Suaib Sulaiman, dan Direktur engembangan Ekspor Produk Primer, Miftah Farid.
”Melalui SIAL Interfood ke-25 ini, para pemangku kepentingan dan peserta diharapkan mendapatkan edukasi tentang pentingnya keragaman pangan lokal dan pilihan makanan yang lebih sehat. Oleh sebab itu, pameran tersebut harus dimanfaatkan secara optimal untuk saling belajar dan mencari cara untuk mendukung inisiatif pangan lokal yang ramah lingkungan,” ujar Wamendag Roro.
Kolaborasi dukung UMKM
Tidak hanya itu, Wamendag Roro menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk mendukung perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sekaligus mendorong ekspor produk, termasuk produk makanan dan minuman (mamin).
Bagi Wamendag Roro, kolaborasi dapat meningkatkan daya saing, memfasilitasi internasionalisasi UMKM, dan meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk. UMKM dapat menjadi katalis penting bagi penciptaan lapangan kerja dan upaya untuk meningkatkan ekspor nasional.
Oleh karena itu, labjutnya, kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta sangat penting untuk meningkatkan daya saing, memfasilitasi internasionalisasi UMKM, dan meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas produk mamin Indonesia.
“Salah satu inisiatif yang mendukung tujuan tersebut adalah penyelenggaraan SIAL Interfood ke-25 di Jakarta ini,” terang Wamendag Roro.
Pameran SIAL Interfood merupakan pameran mamin terbesar di dunia. Pada tahun ini, Jakarta terpilih menjadi tuan rumah pameran SIAL Interfood ke-25 yang akan berlangsung selama empat hari pada 13—16 November 2024.
SIAL merupakan mitra terbaik dunia untuk mendukung pengembangan dan ekspor bisnis makanan. Kolaborasi antara SIAL Group dan Krista Exhibitions tersebut diharapkan membantu perusahaan mamin menembus pasar ASEAN yang menjanjikan.
“Pameran SIAL Interfood ke-25 di Jakarta diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi perdagangan mamin Indonesia, meningkatkan jaringan, dan memperluas pasar ekspor. Hal tersebut guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Wamendag Roro.
Wamendag Roro mengungkapkan, Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk terus melaksanakan inisiatif UMKM menembus pasar internasional. Hal ini untuk memfasilitasi perluasan pasar ekspor yang terdiri dari tiga program utama.
Pertama, inisiatif ini menekankan pada perlindungan pasar domestik yang meliputi pemanfaatan pasar, penyelesaian sengketa perdagangan, dan pengawasan perdagangan yang berkelanjutan.
Kedua, perluasan pasar ekspor dengan meningkatkan diplomasi perdagangan internasional.
Terakhir, upaya untuk mendorong peningkatan daya adaptasi dan inovasi UMKM yang dikenal dengan UMKM Berani Inovasi Siap Adaptasi (BISA) Ekspor.
“Program UMKM BISA Ekspor berfokus pada pembinaan daya adaptasi dan kapasitas inovasi UMKM melalui pengembangan kebijakan ekosistem ekspor yang mendukung, pendirian pusat ekspor di luar pulau Jawa, dan optimalisasi perwakilan dagang untuk mempromosikan produk UMKM secara efektif,” kata Wamendag Roro menjelaskan.
Lebih lanjut, Wamendag Roro mengutarakan, sejumlah 99 persen unit usaha di Indonesia didominasi UMKM. Selain itu, UMKM memberikan kontribusi sebesar 60,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyerap 97 persen tenaga kerja.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, kinerja perdagangan Indonesia telah mencapai surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Tren positif ini terus berlanjut selama periode Januari hingga September 2024, sehingga menghasilkan surplus perdagangan sebesar USD 21,98 miliar. Surplus tersebut sebagian besar berasal dari sektor nonmigas yang menyumbangkan USD 37,03 miliar.
“Dengan demikian, optimisme terhadap ekspor nonmigas pada tahun 2024 semakin meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, sektor mamin mengalami pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 6,8 persen dan total nilai ekspor sebesar USD 5,2 miliar pada 2023. Produk mamin Indonesia telah diekspor ke beberapa negara, antara lain Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Republik Rakyat Tiongkok, dan Thailand.
Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan
Tag: Industri Mamin