SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) DR. dr. Jaya Mualimin mengingatkan jajaran dinas kesehatan kabupaten/kota se-Kaltim bahwa penyakit menular Leptospirosis perlu dapat perhatian bersama.
Meski temuan penyakit Leptospirosis ini di Kaltim sangat jarang dan bisa sembuh dengan sendirinya, tapi Leptospirosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di daerah rawan banjir.
“Kita tetap perlu waspada,” kata Jaya Mualimin pada Niaga.Asia, Jumat (10/02/23).
Penyakit Leptospirosis yang sumbernya dari bakteri di air seni hewan yang terinfeksi ini bisa menular ke manusia melalui kontak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan. Kondisi ini paling umum terjadi di iklim hangat.
Beberapa gejalanya yaitu demam tinggi, sakit kepala, perdarahan, nyeri otot, menggigil, mata merah, dan muntah.
“Jika tidak ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati, dan bahkan kematian. Antibiotik membersihkan infeksi,” katanya.
Sedangkan di Kaltim sendiri, belum ada sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang terlatih menanganinya. Kemudian kalau Leptospirosis ini ditemukan, untuk mengatasinya diperlukan koordinasi Dinkes Kabupaten/Kota dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
Dari itu, kata Jaya lagi, tindak lanjut yang sudah diusulkan Dinkes Provinsi Kaltim ke Pemerintah Pusat atau Kemenkes adalah diadakan pelatihan Program Zoonosis terkait penyakit Leptospirosis. Kemudian membangun jejaring dan kemitraan dengan lintas program lintas sektor.
“Situasi Leptospirosis di Indonesia, pada tahun 2021 ditemukan sebanyak 734 kasua dengan angka kematian 84 kasus atau 11,44%,” ungkap Jaya dalam dalam laporan Tahun 2022 bertajuk “Situasi dan Capain Program Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di Kaltim” yang dipaparkan dihadapan wartawan dalam Konferensi Pers, 03 Februari lalu di Kantor Diskominfo Kaltim.
Untuk diketahui, penyakit Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus berupa bakteri yang masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.
Leptospira masuk ke dalam tubuh kita melalui kulit yang terluka atau lapisan mukosa (selaput lendir) mulut, saluran cerna, saluran hidung dan selaput mata. Kuman Leptospira mengikuti aliran darah menuju seluruh tubuh dan menyerang organ-organ penting seperti: hati, jantung, ginjal, paru dan otak.
Keluhan di atas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap kedua, yang disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Kebanyakan kasus penyakit Leptospiros tergolong ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, tanpa memerlukan adanya penanganan lebih lanjut. Tapi bisa saja gejala baru muncul setelah pengidap melewati masa inkubasi sekitar 10 hari, dengan ciri-ciri sebagai berikut: demam tinggi hingga menggigil. Nyeri kepala. Nyeri otot khususnya di daerah betis.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim
Tag: Penyakit Menular