
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kalimantan Timur (Kaltim) dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sumber daya alam (SDA) terbesar di Indonesia. Dengan kekayaan batu bara, minyak, gas, hingga perkebunan kelapa sawit, seharusnya peluang kerja bagi putra daerah sangat besar.
Namun, kenyataannya, banyak lulusan lokal justru kesulitan mendapatkan pekerjaan di sektor ini, khususnya alat berat. Hal tersebut disampaikan Muflihin Abdul Rasyid, siswa SMK Muhammadiyah 3 Samarinda, dalam diskusi safari ramadan, Sabtu subuh (15/3) bersama Gubernur Rudy Mas’ud, di Masjid Ad-Da’wah Center Muhammadiyah, jalan Siradj Salman Samarinda.
Ia mempertanyakan mengapa putra daerah Kaltim masih sulit bersaing dengan tenaga kerja dari luar provinsi, bahkan luar pulau. Banyak diantara mereka yang hanya bisa menyaksikan orang lain mendapatkan pekerjaan di perusahaan impian mereka.
“Kami putra daerah sering kali hanya bisa menjadi penonton bagi mereka yang sudah diterima kerja di perusahaan impian kami. Padahal, banyak perusahaan di Kaltim, tapi kami justru kalah saing dengan pendatang,” ungkapnya.
“Apakah Bapak punya solusi agar kami bisa masuk ke dalam kategori prioritas sebagai putra daerah Kaltim, khususnya lulusan fresh graduate seperti kami, Pak,” tanya Rasyid di Masjid Ad-Da’wah Center Muhammadiyah, jalan Siradj Salman Samarinda.
Menanggapi pertanyaan itu, Gubernur Rudy Mas’ud menyoroti permasalahan tenaga kerja sektor alat berat yang didominasi oleh pekerja dari luar daerah. Pasalnya, Kaltim ini memiliki potensi besar, namun tenaga kerja lokal masih sulit terserap.
“Saya senang sekali melihat adik-adik yang menempuh pendidikan di sekolah alat berat. Karena, menurut saya, Kaltim ini surganya alat berat. Semua jenis alat berat, dari yang kecil hingga yang raksasa, ada di sini.”
Orang nomor satu di Provinsi Kaltim tersebut memberi contoh seperti kawasan tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC). Truk yang digunakan di sana memiliki kapasitas hingga 400 ton, dengan ukuran ban lebih besar dari rumah.
“Bagaimana besarnya 400 ton itu. Yang jelas badan dan lebarnya ada 9 meter, besar itu.”
Pria kelahiran Balikpapan ini menilai bahwa kendala utama yang membuat putra daerah Kaltim sulit masuk bukan karena kurangnya lowongan, melainkan tak adanya link.
“Sebenarnya, alat berat kita ini by order semua, tidak dijual untuk umum. Artinya, kesempatan ada, tapi kita belum mendapat link (akses) maksimal ke sana.”
Menurut mantan legislator Senayan itu, salah satu solusinya adalah dengan memperbaiki sistem rekrutmen tenaga kerja lokal, termasuk membangun database tenaga kerja yang lebih baik.
“Hari ini, banyak perusahaan butuh tenaga kerja, tapi mereka kesulitan mencari tenaga kerja lokal yang siap. Di sisi lain, banyak anak-anak kita yang ingin bekerja tapi tidak tahu harus ke mana. Itu karena mereka nggak punya link,” katanya.
Selain masalah link, gubernur juga menyoroti minimnya jumlah tenaga ahli di sektor alat berat. Padahal, bidang ini memiliki prospek kerja yang sangat besar, tetapi masih sedikit tenaga kerja lokal yang memiliki spesialisasi sesuai kebutuhan.
“Kebetulan saya juga menggunakan alat berat. Kami malah kekurangan tenaga-tenaga ahli seperti Rasyid ini yang memiliki base. Teknisi alat berat, insinyur teknik, dan electrician yang spesifik di bidang alat berat sangat kurang. Ini peluang besar bagi putra daerah sebenarnya,” ungkap Rudy.
Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menyiapkan tenaga kerja lokal agar lebih siap bersaing. Nantinya, dinas tenaga kerja (disnaker) harus menyediakan pelatihan dan memperbaiki sistem pendataan tenaga kerja.
“Kita akan siapkan wadahnya melalui disnaker, buat database tenaga kerja mana saja yang belum terserap. Kita ingin perusahaan bisa langsung tahu tenaga kerja lokal mana yang siap bekerja,” imbunya.
Menurut Rudy, dengan langkah ini, diharapkan tenaga kerja di Benua Etam bisa lebih mudah mendapatkan kesempatan di sektor alat berat tanpa harus kalah bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah.
“Jadi tadi kalau ditanyakan sebenarnya hebat sekali mereka ini, kalau bisa yang seperti mas Rasyid ini banyak di Kaltim. Setelah itu nanti dimasukkan di bidangnya spesifik.”
Dalam beberapa tahun ke depan, putra daerah diharapkan bisa lebih dominan di bidang alat berat. Dengan perbaikan sistem rekrutmen dan peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan, Rudy Mas’ud ingin generasi muda menjadi bagian penting di bidang alat berat yang berkembang di daerah mereka sendiri.
“Saya ingin melihat lebih banyak anak-anak kita bekerja di bidang alat berat. Kita harus jadi tuan rumah di tanah sendiri, bukan hanya jadi penonton,” tegasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan
Tag: Operator Alat Berat