BANDAR SERI BEGAWAN.NIAGA.ASIA – Kalimantan Timur kembali mendapat kepercayaan internasional menjadi tuan rumah kegiatan sastra tiga negara, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Peserta musyawarah Dialog Serumpun Borneo-Kalimantan (DSB-K), Sabtu (5/8/2023), di Bandar Seri Begawan, bersepakat menunjuk Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim menjadi tuan rumah DSB-K ke-16 tahun 2025.
“Kesepakatan ditunjuknya Kaltim sebagai tuan rumah DSB-K itu pada musyawarah tertutup unsur delegasi peserta. Mereka sepakat. Padahal waktu saya ditanya, apakah bersedia menjadi tuan rumah dialog Serumpun untuk tahun 2025? Saya jawab, akan kami konsultasikan dulu dengan para pihak di Kaltim. Insya Allah secepatnya kami kabarkan ” ungkap utusan Kaltim, Syafril Teha Noer
Namun, katanya, peserta musyawarah tertutup itu tetap menyepakati Kaltim sebagai tuan rumah DSB-K. Dokumen hasil musyawarah yang menetapkannya Kaltim sebagai tuan rumah DSB-K 2024 diserahkan oleh Setia Usaha Tetap Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan Brunei Darussalam Pengiran Haji Mohd. Hasan bin Pengiran Haji Ali Hasnan.
“Kami menghormati amanat itu. Sesampai di Samarinda kami langsung rapat internal DKD dan melapor kepada Gubernur,” ucap Syafril Teha Noer didampingi sastrawan Kaltim Amin Wasitilaja yang juga hadir di DSB-K.
Buku Khazanah Seni Tradisi Kaltim Laris Manis
Di samping menjadi salah satu narasumber di perhelatan itu, Syafril Teha Noer juga membagikan oleh-oleh dari DKD Kaltim, yakni buku ‘Khazanah Seni Tradisi Kalimantan Timur kepada wakil delegasi Brunei, Kota Kini balu (Sabah), Serawak, Lahad Datu, Pontianak dan Kuala Lumpur, namun ternyata semua delegasi minta buku itu.
“Padahal kami hanya membawa kurang dari 10 eksemplar saja. Apa boleh buat karena stok itu habis, mereka cuma kami janjikan. Kelak kalau sudah dicetak ulang akan kami kirim,” ucapnya.
Buku itu, menurut Syafril Teha Noer, tampaknya sangat penting bagi paserta yang semua berasal dari pulau yang sama, Kalimantan.
“Ada irisan budaya yang sama dalam buku itu. Sebut saja misalnya, budaya Dayak dan budaya Melayu semua ada di Kalimantan bagian manapun. Mungkin itulah yang membuat peserta sangat antusias memiliki buku itu,” lanjutnya.
Kembali ke ihwal habisnya stok buku itu, beberapa tahun lalu, DKD Kaltim pernah mengusulkan cetak ulang kepada Pemprov Kaltim. Namun tidak ada realisasinya.
“Surat permohonan kami sudah didisposisi Wagub, tetapi ketika diteruskan ke Disdikbud Kaltim tidak ada realisasinya. Syukurlah beberapa waktu lalu, kami bertemu dengan Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim pak Ivan. Beliau membuka pintu untuk cetak ulang buku itu,” pungkasnya.
Penulis: Hamdani I Editor: Intoniswan
Tag: sastra