Karya Etnophotografy Tradisi Memanjangkan Telinga Diundang ke Pameran di Belanda

Koordinator Pameran Etnofotograpi Yani Saloh (kiri) bersama fotografer dan penulis buku ‘Jejak Langkah Telinga Panjang’ Ati Bachtiar. (Foto: Hamdani/niaga.asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Karya etnofotograpi  tentang tradisi ‘telingaan aruu’ atau memanjangkan telinga pada perempuan Dayak diundang untuk ditampailkan pada ‘Etnophotography Exhibition and Dayak Cultural Performance’ (EEDCP)  yang akan dilaksanakan di sejumlah kota di Belanda, 31 Mei-30 Juni 2024.

Menurut Koordinator  EEDCP, Yani Saloh, fokus pameran tahun ini menampilkan  karya etnofotograpi  Ati Bachtiar dengan tajuk ‘Long Ears Through the Lens’. Sebagai seorang fotografer yang handal, Ati Bachtiar telah mendokumentasikan 78 nenek bertelinga panjang dari seluruh Kalimantan sejak 2016 lalu.

“Semesta telah memanggil Ati Bachtiar untuk menelusuri jejak kuping atau telinga panjang. Dari 85 nenek yang telinga panjangnya didokumentasikan, 30 di antaranya telah wafat dan tidak ada satupun keturunannya mau meneruskan tradisi itu,” ungkap Yani Saloh.

Buku ‘Jejak Langkah Telinga Panjang’  karya Ati Bachtiar tentang budaya telinga panjang dan foto-foto 43 nenek telinga panjang dari Kaltim. (Foto: Hamdani/niaga.asia)

Yani Saloh yang juga seorang pelestari budaya dan konservasi hutan dari Dayak Ngaju, Kalteng dan penerima penghargaan Kalpataru tahun 2019 lalu, menyebut karya-karya foto Ati Bachtiar itu menunjukan bahwa tradisi memanjangkan telinga benar-benar di ambang kepunahan.

“Dari 78 nenek  bertelinga panjang,  sebanyak 78 telah saya dokumentasikan. Dari 78 nenek tersebut, ada yang tinggal di  Samarinda, Kutai Timur, Long Apari (Mahulu, perbatasan Malaysia), Berau dan Kaltara,” kata Ati Bachtiar kepada niaga.asia.

Selama hampir delapan tahun sejak 2016 lalu, Ati Bachtiar bersama timnya mencari dan mendokumentasikan nenek telinga panjang dan diterbitkan dalam tiga buah buku. Buku keduanya yang berjudul ‘Jejak Langkah Telinga Panjang’ khusus memuat dokumentasi 43 nenek telinga panjang dari Kaltim.

Menyinggung tentang tempat pameran, Yani Saloh secara detail menyebut, 31 Mei-30 Juni 2024 di Museum Sophiahof, Den Haag. Tong Tong Fair, Den Haag, 24 Mei-2 Juni 2024. Trade, Tourism and Investment, Indonesia House Amsterdam, Den Haag dan 8-9 Juni 2024 di Taman Indonesia Dierenpark, Kallenkote.

“Guna mendukung semua kegiatan itu, kami mengharapkan dukungan dan fasilitasi Pemprov Kaltim. Lantaran yang kami bawa ini hampir semuanya tentang budaya dan kearifan lokal Kaltim,” pungkas Yani.

Penulis: Hamdani  | Editor: Intoniswan

Tag: