Kelompok Tani Sayur-sayuran di Nunukan Kesulitan Memasarkan Hasil Panen

Anggota DPRD Nunukan, Adama bersama petani  cabe rawit  di Kecamatan Nunukan Selatan. (Foto : Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Sejumlah kelompok tani sayur-sayuran di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengeluhkan sulitnya memasarkan hasil panen dengan harga yang pantas untuk menutup biaya produksi dan sedikit mendapatkan untung.

“Penen sayuran kita cukup berlimpah, tapi kadang kami kesulitan menjual hasil tanaman dalam jumlah besar,” kata Ketua Kelompok Tani 752 Nunukan Selatan, Dali pada Niaga.Asia, Selasa (02/07/2024).

Kelompok Tani 752 di Jalan Mambunut, Imam Bonjol, Kecamatan Nunukan digagas Dali bersama teman-temannya mulai pembukaan lahan tani sejak tahun 2008 dengan jumlah anggota kelompok 16 orang.

Tiap anggota kelompok tani menggarap lahan seluas 2 hektar dengan tanaman jenis sayur-sayuran, seperti cabe rawit, timun, tomat, bawang merah, jagung dan sesekali mengembangkan tanaman lemon.

“Kalau bisa pemerintah buatkan koperasi yang bisa membeli hasil panen petani, jadi kami tinggal bawa kesana, tidak repot-repot lagi mencari pembeli,” saran Dali.

Tidak jarang hasil panen petani membusuk karena tidak habis terjual, kalaupun dipaksakan dijual, harga pasti sangat rendah, karena perdagangan sayuran di pasar tradisional Nunukan dikendalikan oleh tengkulak.

“Pernah hasil panen saya busuk-busuk tidak terjual semua, kalau sudah begitu rugi sampai habis modal,” ucapnya.

Akibat sulitnya memasarkan hasil panen, lanjut Dali, akhirnya petani membatasi jumlah bibit yang harus ditanam, padahal lahan siap tanam masih cukup untuk mengembangkan usaha hortikultura  dalam jumlah lebih besar.

Menurut Dali, jarak lokasi pertanian dengan pasar tradisional Nunukan cukup jauh, sekitar 25 menit naik kendaraan bermotor. Jauhnya jarak ini berpengaruh terhadap biaya transportasi yang harus dikeluarkan petani membawa hasil panen ke pasar.

Tidak jarang petani pasrah menerima sayuran di borong oleh tengkulak dengan harga rendah. Petani pasrah ketimbang kembali membawa pulang sayuran sebab, kalau disimpan di rumah berisiko busuk, karena tidak punya tempat penyimpanan.

“Dijual harga rendah pasti rugi, tapi kalau tidak dijual busuk cabe dan tomat, inilah kami serba salah kalau harga rendah,” terangnya.

Terbantu Anggota DPRD Nunukan

Meski harga sayuran tidak stabil, sebagian kelompok tani di Kecamatan Nunukan Selatan sangat berterima kasih dengan anggota DPRD Nunukan Adama yang selalu membantu memberikan bibit sayuran secara gratis.

Kehadiran Adama sangat mengurangi beban petani dalam menyiapkan bibit, bahkan anggota DPRD asal PKS ini sering membantu peralatan pertanian seperti cangkul, sekop dan gerobak artco dan lainnya.

“Satu satunya anggota DPRD Nunukan yang sering membantu petani hanya Adama, beliau tiap tahun ketemu petani kasih bibit, bawang, cabe rawit, timun dan tomat,” ungkapnya.

Tidak hanya membantu bibit dan peralatan tani, Adama gemar mendengarkan keluhan petani mendapatkan pupuk subsidi dan memenuhi kebutuhan bibit yang harganya semakin meningkat setiap tahun.

“Dana aspirasi DPRD pak Adama digunakan membantu pengembangan pertanian di Nunukan. Kalau saja ada 3 orang anggota DPRD begini, pasti enak petani kita,” ungkapnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: