Kemendikburistek Revitalisasi Bahasa Daerah, Termasuk di Kaltim

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kalimantan Timur, Muhammad Syafranuddin.  (Foto Dok Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kalimantan Timur, Muhammad Syafranuddin menyatakan sangat mendukung program revitalisasi bahasa daerah yang sudah dimulai Kemendikbudristek sejak tahun 2022 lalu dan berharap sukses, sehingga nanti bisa lahir karya tulis atau sastra dalam bahasa daerah, misalnya dalam bahasa kutai, banjar, bugis, dayak dan lain sebagainya.

“Kita sangat minim literasi dalam bahasa daerah,” kata Syafranuddin pada Niaga.Asia, Minggu (7/5/2023).

Menurut Ivan demikian Syafranuddin bisa dipanggil, apabila literasi dalam bahasa daerah, itu akan memperkaya perpustakaan daerah dan itu juga bagian dari tupoksi dinas yang dipimpinnya.

“Kita ingin ada pelajar, mahasiswa, seniman, sastarawan menulis karyanya dalam bahasa daerah. Itu sangat besar artinya bukan hanya dari sisi literasi, tapi  memperkaya kebudayaan daerah,” ucapnya.

Kemendikbudristek mengatakan, revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan mengingat 718 bahasa daerah di Indonesia, sebagian besar kondisinya terancam punah dan kritis. Saat ini para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya, sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Samarinda juga menemukan kondisi yang hampir sama, Berdasarkan hasil Long Form  SP2020 yang dilaksanakan Tahun 2022, penduduk Samarinda yang menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan keluarga sebanyak 18,64%. Penduduk yang menggunakan bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan tetangga atau kerabat sebanyak 7,52%.

“Jadi sebagian besar (80% lebih) penduduk Kota Samarinda dalam berkomunikasi sehari-hari baik dalam keluarga, tetangga atau kerabat, dan di luar rumah menggunakan bahasa Indonesia. Tinggal 20% yang menggunakan bahasa daerah,” kata Kepala BPS Kota Samarinda, Roosmawati dalam laporan BPS tentang Hasil Long Form SP2020 di Kota Samarinda yang dipublis sejak akhir Januari lalu di laman BPS Samarinda.

Hasil Lonng Form SP2020 di Samarinda, kata Roosmawati, 100% dari  semua generasi menggunakan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Angka persisnya 99%  generasi Post Gen Z, generasi Z, Milenial, Gen X, dan Baby Boomer menggunakan bahasa Indonesia.

Sedangkan Generasi Pre Boomer atau penduduk berumur 77 tahun ke atas sebanyak 94,64% juga menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi, sisanya tinggal 5,36% masih menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi.

Menurut Roosmawati, meski penduduk Samarinda yang menggunakan bahasa daerah semakin sedikit dalam berkomunikasi dalam keluarga, dengan tetangga atau kerabat, tapi sebarannya bisa ditemukan pada semua generasi.

Menurut  Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, program revitalisasi bahasa daerah sudah dimulai sejak tahun 2022, karena saat ini para penutur jati bahasa daerah banyak yang tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa ke generasi berikutnya, sehingga khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan akan bahasa daerah terancam punah.

Guna mengatasi hal tersebut, Menteri Nadiem saat meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-17, menekankan prinsip dari program revitalisasi bahasa daerah ini adalah dinamis, adaptif, regenerasi dan merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya.

“Dinamis, berorientasi pada pengembangan dan bukan sekedar memproteksi bahasa. Adaptif dengan situasi lingkungan sekolah dan masyarakat tuturnya. Regenerasi dengan fokus pada penutur muda di tingkat sekolah dasar dan menengah, serta merdeka berkreasi dalam penggunaan bahasanya,” ujarnya.

Sasaran dari revitalisasi bahasa daerah tahun 2022, kata Mendikbudristek adalah 1.491 komunitas penutur bahasa daerah, 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, 1.175 pengawas, serta 1,5 juta siswa di 15.236 sekolah.

Sementara itu, untuk komunitas penutur, Kemendikbudristek akan melibatkan secara intensif keluarga, para maestro, dan pegiat pelindungan bahasa dan sastra dalam penyusunan model pembelajaran bahasa daerah, pengayaan materi bahasa daerah dalam kurikulum, dan perumusan muatan lokal kebahasaan dan kesastraan.

Kemendikbudristek akan melatih para guru utama serta guru-guru bahasa daerah; mengadopsi prinsip fleksibiltas, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang berpusat kepada siswa; mengadaptasi model pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing; serta membangun kreativitas melalui bengkel bahasa dan sastra.

“Nanti siswanya dapat memilih materi sesuai dengan minatnya. Bangga menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi. Didorong untuk mempublikasikan hasil karyanya, ditambah liputan media massa dan media sosial, dan didorong untuk mengikuti festival berjenjang di tingkat kelompok/pusat pembelajaran, kabupaten/kota, dan provinsi,” jelas Menteri Nadiem.

Mendikbudristek mengatakan, jumlah bahasa daerah yang menjadi objek revitalisasi sebanyak 38 bahasa daerah yang tersebar di 12 provinsi. Di antara Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Advetorial

Tag: