Kenalkan Sajian Kuliner dan Pesona Wisata Bali ke Istri Peserta AMEM Ke-41

Indonesia selaku panitia penyelenggara pertemuan mengajak istri-istri peserta meeting termasuk istri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ratna Mirah Tasrif, istri Menteri Energi dan Pertambangan dan Wakil Menteri Negara Pertambangan dan Energi Kamboja mengunjungi Desa Panglipuran dan Desa wisata Tegalalang.  (Foto Kementerian ESDM)

BALI.NIAGA.ASIA – Berlangsungnya pagelaran ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 di Bali dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkenalkan sajian kuliner dan wisata Pulau Dewata. Sebagai lokasi yang dikenal memiliki keindahan alam dan pesona wisata yang menakjubkan, berkunjung ke Bali tentu akan terasa hambar tanpa menelusuri keindahan alam serta ciri khas budayanya.

Indonesia selaku panitia penyelenggara pertemuan mengajak istri-istri peserta meeting termasuk istri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ratna Mirah Tasrif, istri Menteri Energi dan Pertambangan dan Wakil Menteri Negara Pertambangan dan Energi Kamboja mengunjungi Desa Panglipuran dan Desa wisata Tegalalang.

Kedua lokasi tersebut telah menjadi tujuan wisata spouse program dan dilanjutkan dengan menengok pameran dan fashion gallery di Werdhi Budaya Art Centre di Denpasar.

Desa Penglipuran Bali merupakan salah satu dari tiga desa terbersih di dunia. Berkat kebersihan dan kerapiannya, desa wisata yang terletak di Bangli ini juga berhasil menyabet beberapa penghargaan diantaranya Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada tahun 2017, dan yang terbaru, destinasi ini masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.

Untuk menuju Desa Panglipuran, rombongan menempuh perjalanan kurang lebih 1.5 jam dari lokasi meeting di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Setelah tiba di Wantilan Monumen Pahlawan pintu masuk ke Desa Adat Panglipuran, rombongan disambut Tarian Gabor dengan iringan Gong Kebyar sambil menikmati air kelapa nyuh gading.

Antusiasme rombongan terlihat saat menyaksikan tarian Gabor yang dimainkan siswi-siswi sekolah dasar tersebut, lemah gemulai dengan kombinasi yang teratur.

Memulai perjalanan memasuki Desa Adat Panglipuran, rombongan diberikan penjelasan mengenai adat istiadat yang berlaku bagi masyarakat Desa Panglipuran oleh juru penerangan salah satunya adalah budaya anti poligami yang diatur dalam peraturan adat desa dimana seorang pria tidak boleh memiliki istri lebih dari satu orang.

“Lelaki Penglipuran diharuskan menerapkan hidup monogami yakni hanya boleh memiliki seorang istri. Setiap pria yang berpoligami harus pindah ke Karang Memadu, sebuah gubuk bagi si pelanggar untuk tinggal bersama istrinya,” jelas juru penerang.

Sambil diberi penjelasan mengenai tata ruang rumah adat ada, rombongan berkesempatan menikmati hidangan dan minuman khas “loloh cemcem”, minuman hasil produksi rumahan dari daun cemcem atau yang biasa disebut kedondong hutan. Minuman ini memiliki cita rasa yang unik dengan kumpulan rasa asam, asin, manis, pedas, dan juga sedikit kecut. Di tempat ini juga rombongan diperkenalkan cara pembuatan canang sari salah satu persembahan yang selalu ada dalam persembahyangan umat Hindu Bali.

Setelah mengeksplor serta mendokumentasikan Desa Adat Panglipuran, rombongan melanjutkan destinasi wisata selanjutnya yakni, Alas Harum Bali sebuah kawasan agrowisata seluas 6 hektar di area Tegallalang dekat Ubud yang menawarkan pemandangan sawah berundak, spot-spot foto, dan aktivitas outdoor yang menyenangkan, seperti flying fox, couple swing, dan sky bike.

Dipimpin Ratna Mirah Tasrif rombongan menikmati pemandangan menakjubkan yang ditawarkan sembari sesekali menyeruput minuman lemon tea yang tersedia. Ratna juga mengajak rombong turun ke bawah menikmati langsung pemandangan sawah berundak sambil sesekali mengabadikannya dengan kamera ponsel.

Sumber: Biro KLIK Kementerian ESDM | Editor: Intoniswan

Tag: