Kesbangpol Nunukan Sosialisasikan Pemilu dan Pilkada 2024 ke Pelajar

Kepala Badan Kesbangpol Nunukan Hasan Basri Mursali. (Foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Puluhan perwakilan pelajar SMKN 1 Kecamatan Sei Menggaris, Kabupaten Nunukan, mengikuti sosialisasi pendidikan politik persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Nunukan, Hasan Basri Mursali mengatakan, sosialisasi pendidikan politik lebih diarahkan ke generasi muda milenial yang merupakan pemilih pemula.

“Kita mengundang anak-anak pelajar, karena berdasarkan data, pemilih pemula di Indonesia sangat besar mencapai 56 persen,” kata Hasan pada Niaga.Asia, Kamis (31/08/2023).

Pendidikan politik bagi pemilih pemula pada dasarnya bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan pemahaman akan pentingnya memiliki hak politik dan sekaligus meningkatkan partisipasi pemilih

Pemilih pemula biasanya terpengaruh dengan pilihan orang tua dengan kata ikut apa yang disarankan orang tua, padahal dalam berpolitik hendaknya menentukan sendiri siapa dan mengapa harus memilih seseorang.

“Tentukan pilihan sendiri, jangan memilih karena pengaruh seseorang, perhatikan visi misi calon yang terbaik menurut anda,” kata Hasan.

Pemilu memiliki fungsi utama menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar mendekati kehendak rakyat, oleh karena itu, pemilu merupakan salah satu sarana legitimasi kekuasaan yang dihasilkan dari suara-suara rakyat.

Dalam pesta demokrasi pemilu, rakyat akan menjadi penentu figure dan arah kepemimpinan negara atau daerah dalam periode tertentu. Salah dalam memilih figure maka kerugian yang diterima selama berapa tahun.

“Ada 2 kelompok pemilih besar di Indonesia yaitu perempuan dewasa atau biasa disebut emak-emak  dan pemilih pemula berusia 17 tahun keatas,” ucapnya.

Anak-anak muda milenial harus ikut serta menjaga keamanan Pemilu dan Pilkada, jangan mudah terpengaruh dengan provokasi perpecahan dan termakan informasi hoax yang bisa mengganggu keamanan lingkungan.

Indonesia memiliki ratusan etnis suku dan beragam agama, perbedaaan kebudayaan dan kepercayaan ini hendaknya mencari pemersatu bangsa bahwa berbeda bukan artinya harus berpisah berai.

“Kita memiliki banyak suku dan agama, itulah kenapa pemilu harus demokratis, jujur dan adil,” bebernya.

Sosialisasi pendidikan politik ditutup dengan diskusi dan tanya jawab oleh peserta kepada narasumber dari Divisi Hukum dan Pengawasan KPUD Nunukan, Dedi, Divisi Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Bawaslu Nunukan, Trusriadi dan Perwakilan Ops Polres Nunukan, AKP Alimin.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: