SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Perkembangan perekonomian global sampai November 2024, ditandai dengan pelonggaran moneter berlanjut, ketidakpastian masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi AS masih cukup baik di Q3 (2,7% yoy), The Fed kembali memangkas suku bunga moneter sebesar 25 bps pada FOMC November.
Kemudian, Eropa masih mengalami stagnasi, dengan penurunan suku bunga dari ECB di bulan Oktober (3,4%) dan Bank of England (BoE) di bulan November (4,75%). Asia tumbuh kuat, di antaranya Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Singapura, sedangkan pertumbuhan Tiongkok pada Kuartal III terendah sejak pertengahan 2023 (4,6% yoy).
“Sementara itu, eskalasi di Timur Tengah memicu kekhawatiran akan dampak yang lebih luas terhadap ekonomi global,,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membuka Konferensi Pers tentang APBN Kita, 07 Nopember lalu.
Sri Mulyani juga melaporkan, PMI manufaktur global bulan Oktober 2024 masih di zona kontraksi, namun sedikit membaik dengan level PMI yang naik ke 49,4 (September: 48,8).
Mayoritas negara masih mengalami kontraksi, seperti AS dan Eropa yang masih melemah, namun Tiongkok sedikit pulih, sementara India dan Brazil terus melanjutkan ekspansi. Harga komoditas global masih fluktuatif.
“Harga komoditas energi cenderung rendah akibat kekhawatiran ekonomi Tiongkok dan potensi perang dagang pasca kemenangan Trump, sedangkan CPO menguat akibat kekhawatiran pasokan,” ujar Menkeu.
Sampai dengan 7 November 2024, harga minyak bumi (Brent) turun sebesar 8,2% (mom), -3,5% (ytd) dan -2,1% (yoy), harga gas alam turun 14,6% (mom) dan -21,7% (yoy), namun naik 3,6% (ytd); batu bara turun 5,0% (mom), -3,6% (ytd) dan -25,1% (yoy). Harga CPO naik 10,7% (mom), 41,1% (ytd) dan 4,7% (yoy). Harga komoditas pangan seperti beras turun 4,3% (mom), -16,4% (ytd) dan -1,0 (yoy).
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: Ekonomi Global