
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Peserta audisi D’Academy 7 asal Makasar Ariandi, 20 tahun, punya harapan besar usai memberikan penampilan terbaiknya di panggung audisi D’Academy di Kota Samarinda, Minggu 4 Mei 2025.
Dengan bermodalkan sepeda motor, Ariandi berangkat sendiri melaju dari kota Balikpapan ke Samarinda sejak pagi buta, membawa secercah harapan mengubah dirinya menjadi pedangdut ternama di kemudian hari.
Audisi dangdut Academi (D’Academy) merupakan ajang pencarian bakat penyanyi dangdut nasional terbesar yang diselenggarakan di Indonesia, dan disiarkan langsung stasiun televisi Indosiar.
Program D’Academy ini sudah berjalan selama enam musim. Audisi ini untuk memilih bakat-bakat terbaik untuk membuktikan kualitasnya bersaing dengan penyanyi-penyanyi dari mancanegara lewat D’Academy Asia yang tercatat juga sudah digelar sebanyak enam musim.
Dalam audisi bergengsi ini, pewarta niaga.asia tertuju pada satu peserta pria bernama Ariandi, yang duduk di antara peserta lainnya dengan nomor audisi SMR-0079.
Di tengah keramaian peserta yang hadir dengan balutan busana mewah dan gemerlap layaknya bintang panggung dangdut, Ariandi tampak berbeda, dia tampil menggunakan baju kaos berkerah warna krim dengan celana jins biru.
Meskipun berbeda dengan peserta lainnya, tidak sedikit pun Ariandi terlihat canggung atau minder dengan penampilannya yang berbeda. Semangatnya tetap membara, matanya menatap tajam panggung impian yang terbentang di hadapannya.
Ariandi bercerita bahwa mengikuti ajang pencarian bakat penyanyi dangdut D’Academy 7 ini merupakan impiannya sejak lama.
“Saya memang sudah hobi nyanyi sejak duduk di bangku kelas 1 SD. Tapi mengikuti audisi D’Academy ini pertama bagi saya,” kata Ariandi dalam perbincangan bersana niaga.asia.
Meskipun belum pernah mengikuti audisi, Andi ternyata memiliki rekam jejak yang cukup mentereng di dunia kompetisi menyanyi.
Saat duduk di bangku SMA di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan. Andi pernah menjuarai Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat provinsi dan nasional.
“Provinsi Juara 1 dan tingkat Nasional juara 2. Tapi kalau lomba 17 Agustus di tingkat kabupaten sering ikut,” ujarnya.
Dalam audisi D’Academy 7 ini, Andi membawakan lagu “Senandung Rembulan” lagu yang dipopulerkan oleh duet Imam S. Arifin dan Evie Tamala pada tahun 1994.
Dalam mempersiapkan diri untuk audisi ini, Andi mengaku fokus pada pembentukan dan pengeluaran vokal di A i u e o-nya, serta intonasi dan bit vokalnya.
Untuk belajar musik dan bernyanyi sendiri, Andi telah belajar sejak duduk di bangku kelas 1 SD secara otodidak.
Di mana Andi belajar dari cara salah satu penyanyi dangdut idolanya yakni Lesti Kejora, Melly Goeslaw dan Selfi Yamma, untuk teknik olah vokalnya.
“Belajar musik dan nyanyi itu tergantung lagi dari niat kita. Istilahnya, kalau kita tidak punya niat, dari awalnya ke depannya tidak bisa. Sejauh ini saya otodidak saja, tidak pernah ikut les vokal seperti perguruan musik itu tidak ada,” jelasnya.
Perjuangan untuk mencapai Samarinda tidaklah mudah. Andi yang berkerja sebagai freelance di Balikpapan ini berangkat ke Samarinda sejak pukul 06.00 Wita, sendirian tanpa ditemani keluarga, menggunakan kendaraan motornya.
“Tiga jam tadi berangkatnya dari Balikpapan ke Samarinda naik motor. Untuk biaya yang disiapkan bahan bakar Rp60 ribu bolak balik. Konsumsi saya Rp50 ribu cukup. Kemudian dana tidak terduga untuk ban bocor Rp100 ribu cukup. Jadi total Rp210 ribu,” jelasnya.
Harapan terbesar Andi tentu saja bisa lolos hingga audisi tingkat nasional. Jika dia berhasil menang dan membawa medali sebagai juara D’Academy 7 nantinya, hadiahnya akan dipersembahkan untuk dua orang yang telah berjasa di kehidupannya, yakni ibu dan neneknya.
“Harapannya semua orang pasti mau sampai ke tahap nasional. Cuma kembali lagi ke rezeki masing-masing. Kalau rezekiku di sini, Amiin.. pasti aku manfaatin banget. Hadiahnya nanti untuk mama dan nenek,” sebutnya.
Andi yang sudah hidup bersama neneknya sejak umur 4 tahun ini mengaku dia memiliki harapan dan mimpi besar menjadi penyanyi dangdut terkenal seperti artis-artis yang dia idolakan.
“Mama dan papa sudah cerai dari umur 4 tahun dan sempat rujuk di umurku 7 tahun. Tapi setahun setelah rujuk, dia cerai lagi. Jadi aku milih tinggal sama nenek sejak umur 4 tahun,” jelasnya.
“Mama saat ini kesibukannya kerja ikut orang jaga warung di Palopo Sulawesi Selatan. Seumpama ada rezeki dan menang, aku persembahkan untuk mama dan nenek yang jaga aku dari kecil, untuk kepentingan nenek dan mama,” demikian Ariandi di akhir perbincangan.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: AudisiD'AcademyKisah InspiratifSamarinda