Kisah Rauf Mahasiswa di Sudan Asal Kaltim: Terjebak di Kampus, Seliweran Peluru Hingga Ledakan Bom

Ahmad Rauf saat diwawancarai wartawan di VIP Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan. (Foto Niaga.Asia/Heri)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA – Mata Ahmad Rauf (26), mahasiswa asal Babulu, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim), berkaca-kaca ketika turun dari kendaraan milik Pemprov Kaltim di VIP Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan (SAMS) Balikpapan, Jumat 5 Mei 2023.

Jelang tengah hari ini tadi, jarum jam menunjukkan pukul 11.30 Waktu Indonesia Tengah.

Ahmad Rauf merupakan salah satu warga Kaltim yang menempuh pendidikan tinggi di International University of Africa, Sudan.

Dia sudah semester tujuh jurusan ilmu hadits, namun harus putus karena pertempuran pecah antara tentara reguler dan pasukan para militer Rapid Support Forces (RSF) yang sudah berlangsung selama lebih dari sepekan.

Anak dari ibu bernama Jumrah itu dipulangkan bersama lima warga Kaltim lainnya, yakni Tika Hamidah, Muhammad Irham dan Mariati Maulida asal Samarinda. Kemudian Qurrotul Aini Mufidah asal Tanah Grogot, Paser, dan Yosafat Nugraha Aji Pratama asal Balikpapan.

Di VIP Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, kepulangan mereka disambut langsung Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, didampingi Kepala Diskominfo Kaltim Muhammad Faisal.

Saat diwawancarai wartawan, Ahmad Rauf berbagai kisah seputar kondisi dan situasi yang terjadi Sudan sebelum mereka akhirnya berhasil dievakuasi.

Dia mengatakan, awal mula perang pecah terjadi pada 15 April 2023 lalu. Sejak saat itu mereka terjebak di area kampus hingga lebih dari sepekan.

“Saat mulai pecah itu kita dikumpulkan oleh KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia), dan organisasi kampus di satu tempat baik mahasiswa dan TKW (Tenaga Kerja Wanita), karena kita berada di daerah tengah konflik,” aku Ahmad Rauf.

Tidak ada aktivitas di kampus saat perang berlangsung. Terlebih di belakang kampus, tempat Ahmad Rauf menempuh pendidikan, menjadi salah satu markas RSF untuk berperang.

“Pas di belakang kampus kami itu markasnya RSF, kemudian yang tentara nasionalnya agak jauh. Jadi posisi kami yang banyak mahasiswanya itu benar-benar di kepung. Sekitar lokasi kampus itu perang semua. Baku tembak terus terjadi, peluru berseliweran di atas, bahkan ada bom yang meletus sekitar 200 meter dari tempat kami,” ungkapnya mengingat kejadian itu.

Ahmad Rauf setiba di VIP Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan. (Foto Niaga.Asia/Heri)

Situasi mencekam itu dirasakan selama satu pekan lebih. Hingga akhirnya pada 25 April 2023, Ahmad Rauf bersama warga negara Indonesia lainnya dievakuasi ke tempat yang aman.

“Kita diberangkatkan dengan delapan mobil ke tempat yang paling aman yaitu di Port Sudan dengan 12 jam perjalanan darat. Di sana kita bermalam empat hari, kemudian berangkat ke Jeddah. Sampai di Jeddah disambut sama pihak KJRI Jeddah, langsung disiapkan hotel,” tuturnya.

Setelah tiga hari Di Jeddah, Ahmad Rauf dan yang lainnya diterangkan ke Jakarta dengan pesawat maskapai Garuda Indonesia. Setibanya di tanah air, dia bersama lima warga Kaltim lainnya menginap sementara di Kantor Badan Penghubung Pemprov Kaltim di Jakarta.

“Di Jakarta kami menunggu selama dua minggu karena tidak ada tiket pesawat, dan Alhamdulillah hari ini sudah sampai di Balikpapan. Terimakasih kepada pemerintah yang telah memfasilitasi kepulangan kami,” ucapnya.

Meski telah kembali dengan selamat, Ahmad Rauf tampaknya tetap berkeinginan kembali ke Sudan untuk melanjutkan pendidikannya.

“Mau ke sana lagi, karena sudah semester tujuh, sebentar lagi selesai. Kalau pun tidak ada kesempatan untuk kembali ke sana, mungkin lanjut di sini kuliahnya,” tutup Ahmad Rauf mengakhiri penjelasannya.

Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi

Tag: