Komisi I Bakal Lakukan RDP Terkait SD YPPI Malahing Ingin Dijadikan Sekolah Negeri

Anggota Komisi I DPRD Bontang di SD YPPI Malahing, Senin (24/7/2023). (Foto Dahlia/Niaga.Asia)

BONTANG.NIAGA.ASIA – Anggota Komisi I DPRD Bontang, Abdul Haris menyampikan akan membawa aspirasi tenaga pendidik yang menginginkan SD YPPI (Yayasan Pendidikan Pembinaan Islam) Malahing ingin sekolahnya dijadikan sekolah negeri  ke Rapat Dengar  Pendapat (RDP) dengan Pemerintah Kota Bontang.

“Apabila sekolah ini dijadikan sekolah negeri, pihak yayasan  harus melepas alias menghibahkan asetnya ke Pemkot Bontang. Bila hal itu diizinkan yayasan, Komisi I siap mengawalnya,” kata Haris ketika melakukan kunjungan ke SD YPPI Malahing, Senin (24/7/2023).

Menurut Haris, kalau SD YPPI Malahing sudah jadi sekolah negeri, nanti tenaga pengajarnya bisa diajukan menjadi TKD (Tenaga Kontrak Daerah) atau P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) prioritas,” sebut pria yang juga praktisi pendidikan itu.

Sebagai tindaklanjut dari keluhan ini, Komisi I, kata Haris bakal menjadwalkan RDP di akhir Juli atau awal Agustus mendatang dengan seluruh pihak yang terkait.

“Termasuk mengundang dari pihak Yayasan YPPI Bontang,” ujarnya.

Sebelumnya, Suwardi, Kepala SD YPPI Malahing, meminta agar sekolah tempat mereka mengajar, diubah statusnya menjadi negeri.

Hal tersebut diungkapkan Suwardi, Kepala SD YPPI Malahing di hadapan jajaran Komisi I DPRD Bontang saat berkunjung ke Malahing, Senin (24/7/2023).

“Kita minta diubah jadi negeri bukan tanpa sebab, karena kan selama ini gaji kami para guru itu sangat jauh dari kata sejahtera. Berbeda dengan kondisi di wilayah pesisir lainnya. Seperti Selangan, Tihi-Tihi, maupun Pulau Gusung yang sekolahnya sudah berstatus negeri,” ungkapnya.

Suwardi mengaku juka selama ini gaji yang diterima dari yayasan sebesar Rp 650 ribu per bulan padahal dirinya sudah mengabdi selama 17 tahun.

“Itu pun sering mengalami keterlambatan. Pernah mencapai enam bulan. Kadang minta spidol saja untuk mengajar tidak dikasih. Jadi kalau ada honor cair dari yayasan, itu yang saya pakai buat beli spidol,” ucapnya.

Tidak terurusnya sekolah oleh pihak yayasan, sambung Suwardi, membuat banyak tenaga pendidik yang memilih kabur mengajar dari sekolah tersebut. Saat ini, hanya tersisa dia dan istrinya yang masih rela mengabdikan diri demi mencerdaskan anak bangsa di salah satu wilayah pesisir Bontang tersebut.

Penulis: Kontributor Niaga.Asia, Dahlia | Editor: Intoniswan | Advetorial

Tag: