Komisi VI DPR Sepakat Ratifikasi Persetujuan Indonesia-Iran PTA

Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (8/7/2024).  (Foto Kemendag)

JAKARTA.NIAGA.ASIA –Komisi VI DPR RI sepakat meratifikasi Persetujuan Perjanjian Preferensial Perdagangan  antara  Indonesia  dan  Republik  Islam  Iran  (Indonesia-Iran  Preferential  Trade Agreement/II-PTA) dalam  rapat  kerja  antara  Kemendag  dan Komisi VI DPR di Jakarta pada Senin, (8/7).

“Kami ucapkan terima kasih atas kerja sama dan kontribusi positif dari Pimpinan dan Anggota Komisi   VI  DPR-RI.   Kami  optimistis  ratifikasi   II-PTA  akan   membawa   dampak   positif  bagi perdagangan dan perekonomian kedua negara,” kata Mendag Zulkifli Hasan.

Menurut  Mendag  Zulkifli  Hasan,  Iran  merupakan  negara  terbuka  dengan  posisi  strategis sehingga  berpotensi  menjadi  hub  perdagangan  Indonesia  ke  kawasan  Timur  Tengah,  Asia Tengah, Asia Selatan, dan Eropa.

Selain itu, Iran dengan jumlah penduduk 88 juta jiwa menjadi pasar potensial bagi Indonesia.

“Preferensi  tarif  II-PTA  untuk  sejumlah  produk  ekspor  utama  akan  meningkatkan  ekspor Indonesia  ke  Iran  dan  kawasan  sekitarnya.  Ini  berpeluang  meningkatkan  surplus  neraca perdagangan Indonesia,” terang Mendag Zulkifli Hasan.

Sebelumnya, persetujuan II-PTA ditandatangani pada 23 Mei 2023 di Istana Bogor oleh Menteri Perdagangan  kedua  negara  dengan  disaksikan  Presiden  RI  dan  Presiden  Iran.  Ini  merupakan persetujuan dagang kedua Indonesia dengan negara di kawasan Timur Tengah dan persetujuan dagang  pertama  bagiIndonesia  dengan  pengaturan  imbal  dagang (Counter  Trade)sebagai alternatif transaksi perdagangan.

Dipaparkan Mendag Zulkifli Hasan, melalui persetujuan ini, Indonesia mendapat penghapusan dan  penurunan  tarif  atas  239  pos  tarif  (PT).  Post  tarif  ini  meliputi  produk  mineral,  industri, pertanian, dan perikanan. Setelah diberlakukan, ekspor Indonesia ke Iran diproyeksikan menjadi USD 494 juta pada 2030 dan menikmati surplus sebesar USD 468 juta.

“II-PTA juga akan mendukung pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 dan meningkatkan kinerja  makroekonomi  Indonesia.  Diharapkan,  II-PTA  dapat  diimplementasikan  pada  awal 2025,” imbuh Mendag Zulkifli Hasan.

Dalam  Raker  tersebut,  Komisi  VI  DPR RI  sepakat  meratifikasi  persetujuan  II-PTA  melalui mekanisme Peraturan Presiden (Perpres). Pada Raker, Komisi VI DPR RI juga meminta Kemendag untuk mengantisipasi dan memperhatikan aspek geopolitik, hambatan tarif dan nontarif, serta besaran pasar kedua negara.

Dalam  lima  tahun  terakhir  (2019-2023),  neraca  perdagangan  Indonesia  dengan  Iran  selalu mencatatkan  surplus.  Pada  2023,  total  perdagangan  kedua  negara  mencapai  USD  206,9  juta.

Pada  tahun  tersebut,  ekspor  Indonesia  ke  Iran  tercatat  USD  195,1  juta  sedangkan  impor Indonesia dari  Iran  sebesar  USD  11,7  juta  sehingga  Indonesia  menikmati  surplus  sebesar  USD 183,4 juta.

Produk  ekspor  utama  Indonesia  ke  Iran,  di  antaranya  produk  kacang  lainnya,  sepeda  motor,  asam  lemak  monokarbosiklat  industri,  papan  fiber dari  kayu,  serta  bagian  dari  aksesori kendaraan.

Sedangkan produk impor utama Indonesia dari Iran, di antaranya kurma, buah ara, dan  buah  lainnya alkaloid  alami  atau  sintesis, anggur segar atau kering,  instrumen dan peralatan yang digunakan dalam ilmu medis, serta carboy, botol, dan kemasan lainnya.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perdagangan | Editor: Intoniswan

Tag: