
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Sejak tahun 2009, kasus HIV/AIDS di Kalimantan Timur (Kaltim) terus mengalami peningkatan. Hal itu terbukti dari data yang dirilis oleh Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kesehatan Kaltim pada tanggal 30 Desember 2024, total penyandang HIV sebanyak 13.589 dan AIDS 3.915 atau totalnya dalam 16 tahun 17.594 kasus/orang.
Dalam 16 tahun terakhir, jumlah kasus HIV dan AIDS cenderung meningkat dengan tren yang mengkhawatirkan. Tercatat, kelompok laki-laki suka laki-laki (LSL) menjadi yang paling banyak, di atas 50% teridentifikasi HIV/AIDS di Bumi Mulawarman.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. H. Jaya Mualimin, mengungkapkan bahwa komunitas ini kemungkinan bertambah. Ia pun meminta adanya investigasi lebih lanjut mengenai jumlah komunitas mereka di Benua Etam.
“Kalau memang jumlahnya banyak, kita perlu melakukan pembinaan. Jangan sampai terjadi penularan yang lebih luas,” ungkapnya, saat dihubungi media ini melalui telpon seluler, Sabtu (1/2/2025).
Pemeriksaan rutin yang dilakukan pemerintah selama 3-6 bulan sekali menunjukkan bahwa kelompok LSL paling banyak terindentifikasi daripada ibu hamil. Terutama, di lokasi-lokasi yang dianggap berisiko.
Kendati begitu, Jaya Mualimin mengaku belum memiliki data konkret mengenai jumlah komunitas LSL di Kaltim dan daerah mana saja yang memiliki populasi terbanyak. Entah di Samarinda atau Balikpapan.
“Saya belum tahu pasti komunitas mereka ada di mana yang paling banyak, apakah di Kota Samarinda atau Balikpapan,” tambahnya.

Selain itu, Jaya Mualimin juga menyinggung adanya rencana kontes waria di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sempat menjadi buah bibir, atau perbincangan pada bulan Desember 2024 kemarin.
Ia menilai kegiatan semacam itu bisa menjadi faktor risiko penularan HIV/AIDS jika tidak dibarengi dengan edukasi dan pencegahan yang memadai.
Sementara itu, berdasarkan data terbaru yang dirilis Dinas Kesehatan Kaltim per tanggal 30 Desember 2024, jumlah kasus HIV/AIDS di provinsi ini terus mengalami peningkatan dalam 16 tahun terakhir.
Pemerintah akan terus berupaya melakukan pendampingan bagi kelompok berisiko, termasuk komunitas LSL, guna menekan angka penyebaran HIV/AIDS. Namun, Jaya Mualimin mengakui bahwa semakin banyak upaya pendampingan dilakukan, semakin besar pula jumlah kasus yang terdeteksi.
“Semakin kita dampingi, semakin banyak tambahan kasus yang muncul. Saya juga heran, apa sebenarnya masalahnya,” bebernya.
Diakhir perbincangan bersama awak media di Samarinda, dia berharap agar diskriminasi terhadap pasien HIV/AIDS seharusnya tidak lagi menjadi kendala utama. Fokus utama saat ini adalah bagaimana pemerintah bisa mencegah penyebaran virus lebih luas di masyarakat.
“Kita ingin menjaga agar komunitas ini tetap dalam lingkupnya sendiri dan tidak bertambah,” tutupnya.
Dinas Kesehatan Kaltim berharap dengan pemeriksaan rutin, edukasi, dan pendampingan yang tepat, angka penularan HIV/AIDS dapat ditekan di masa mendatang.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan
Tag: HIV/AIDS