Konstruksi Jalan Beton Menjadi Tantangan PDAM Samarinda Mengatasi Pipa Bocor

Direksi Perumdam Tirta Kencana Kota Samarinda, Direktur Utama, Nor Wahid Hasyim (tengah) bersama Direktur Teknik, Ali Rahman (kanan) dan Direktur Umum, Yusfian Noor (kiri). (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Konstruksi jalan di Kota Samarinda sudah berubah dari aspal ke cor beton. Perubahan konsruksi jalan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Perumdam (PDAM) Tirta Kencana Samarinda mengatasi kejadian pipa distribusi pecah atau bocor.

Dari 1.600 kilomter panjang pipa distribusi, sebagian besar kini posisi di bawah badan jalan yang konstruksinya cor beton. Dari 1.600 kilometer itu, letaknya juga sekarang tidak lagi di pinggir badan jalan, tapi sudah ditengah-tengah badan jalan, sebagai dampak dari adanya pelebaran jalan. Kemudian dari 1.600 kilometer pipa distribusi tersebut, sebagian besar usianya juga sudah lebih dari 20 tahun, sehingga memang rawan bocor.

Demikian disampaikan Direktur Utama Perumdam Tirta Kencana Samarinda Nor Wahid Hasyim, ST, MM didampingi Direktur Teknik, Ali Rahman AS, ST menjawab Niaga.Asia, Kamis (27/4/2023).

“Kami dari direksi mohon maaf kepada pelanggan, utamanya di kawasan Samarinda Utara kalau dirasa lambat mengatasi ganguan distribusi air akibat adanya pipa distribusi yang pecah, karena konstruksi jalan di Samarinda Utara sudah cor beton,” kata Nor Wahid.

Secara teknis, kata Ali Rahman menambahkan, pipa bocor di bawah konstruksi jalan cor beton, sulit diteksi bocornya, karena pada bagian bawah cor-coran juga ada lapisan plastik tebal. Ketika tenaga teknis menemukan luberan air dari pipa yang bocor, belum pasti pipa yang bocor tegak lurus dengan air yang menyembur.

“Posisi pipa yang bocor bisa 50 meter atau lebih dari titik air yang keluar dari permukaan tanah. Itu tantangan pertama yang kita hadapi di lapangan,” ungkapnya.

Titik air menyembur dari pipa yang bocor dibawah jalan konstruksi beton tidak tegak lurus, tapi bisa berjarak belasan meter karena terhalang plastik di bawah cor beton. (Foto Istimewa)
Titik air menyembur dari pipa yang bocor dibawah jalan konstruksi beton tidak tegak lurus, tapi bisa berjarak belasan meter karena terhalang plastik di bawah cor beton. (Foto Istimewa)

Tantangan kedua yang dihadapi mengatasi pipa bocor di bawah badan jalan cor beton adalah,  untuk menemukan pekerja harus menggali lebih dalam. Untuk membuka kontruksi jalan yang sudah cor beton, dimana ketebalannya ada yang 20 centimeter sampai 30 centimeter, tidak cukup hanya 1 hari, selain membobol beton yang tebal, dibawahnya juga ada besi dan terpal plastik.

“Jadi memang makan waktu agak lama,” tambah Ali Rahman.

Selain yang dua itu, tantangan mengatasi pipa distribusi yang bocor adalah soal biaya. Biaya mengatasi pipa bocor dibawah konstruksi jalan beton lebih mahal dibandingkan mengatasi pipa bocor di bawah jalan aspal.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, lanjut Ali Rahman, pendeteksian distribusi lewat pipa distribusi yang ditingkatkan PDAM, yakni dengan memasang alat bernama PRV (Presure Reduser Valve) di distrik meter area (DMA) pada distrik-distrik atau kawasan tertentu. PRV ini alat yang bisa membaca volume air mengalir di pipa distribusi di kawasan tertentu.

“Dengan adanya alat PRV itu, apabila volume air yang lewat di pipa distrubsi tiba-tiba berkurang, akan terbaca, dan kita menafsirkan ada gangguan atau kebocoran di pipa. Paling tidak alat PRV itu memandu kita mencari kehilangan air dan diposisi mana mencari pipa bocor di kawasan terbatas atau tertentu,” pungkasnya.

Penulis : Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: