Kue Keroncong Jadi Primadona Makanan Tenggarong

Penjual Jajak Keroncong Chelsea, Irma di  Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. (Foto Nur Asih Damayanti/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Saat ke kota Raja, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan jejeran penjual kue Keroncong yang terletak tidak jauh setelah Simpang Tiga Tenggarong Seberang (samping SPBU), Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tak hanya kue Keroncong yang menjadi undasnya perkuean di Tenggarong ini. Namun, terdapat juga kue tradisional yang di jual seperti elat sapi, bolu panggang, kue cincin, dan kawan-kawannya.

Penjual Jajak Keroncong Chelsea, Irma mengungkapkan bahwa dirinya sudah lima tahun menekuni usaha kue keroncong di wilayah Tenggarong ini.

“Sejak 2018 sudah berjualan kue Keroncong,” ungkapnya di outlet Jajak Keroncong Chelsea Tenggarong Seberang.

Menurut dia, kue keroncong Tenggarong ini berbeda dengan kue keroncong Jawa, biasanya dijual di pasaran. Perbedaannya terletak di bentuk, rasa, warna dan pemasakan.

Untuk keroncong Tenggarong bentuknya lebih kecil dari keroncong Jawa, warnanya kuning keemasan, cita rasa gurih dan legit, serta berlemak. Sedangkan, keroncong Jawa lebih dominan berisi, ngembang, tidak berlemak dan manisnya seimbang.

“Padahal semuanya sama aja cuman bedanya di margarin. Kalau keroncong lainnya pake margarinnya di oles di awal tapi kalau kami di taroh diatasnya,” katanya.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kue keroncong inipun tidak sembarang. Kue keroncong ini dibuat menggunakan tepung terigu, kelapa, gula dan margarin.

Selain itu, berbeda dengan kue keroncong daerah lain yang menggunakan teflon cetakan, di Tenggarong keroncong dimasak dan dicetak menggunakan tungku tradisional serta dibakar di atas margarin. Sehingga menghasilkan aroma yang wangi dan rasa yang unik ketika dimakan.

“Disini ada tiga jenis kue Keroncong. Keroncong gula merah, keroncong pandan, dan original. Tapi yang best selernya yang original,” katanya.

Menariknya, outlet yang buka setiap hari mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore ini mampu menghabiskan 10 hingga 20 kilo adonan basah setiap harinya.

“Gak nentu kadang rame kadang gak. Diperkirakan 10 kilo kadang di bawah 10 kilo habis bahannya. Kadang kalau hari Minggu bisa sampai 20 kg,” katanya.

Bagi para pencinta kuliner yang tertarik mencicipi kue satu ini, tak perlu khawatir. Untuk harga keroncong disini terjamin harga mahasiswa.

“Kita jual harganya Rp500 per bijinya,” terangnya.

Selain itu, Irma mengatakan dalam sehari  omset yang didapat selama berjualan kue Keroncong ini menembus Rp2 juta perharinya.

“Untuk modal sendiri, cuman kalau rombong UMKM bantuan dari Dinas Koperasi dan UKM (Diskop dan UKM) Kukar,” pungkasnya.

Penulis : Nur Asih Damayanti | Editor: Intoniswan

Tag: