Lapas Tarakan-IPK Kaltara Adakan Psikoedukasi dan Skrining bagi WBP

Warga binaan pemasyarakat (WBP) Lapas Tarakan mengikuti tes psikoedukasi dan skrining kesehatan jiwa. (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

TARAKAN.NIAGA.ASIA – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Tarakan bersama Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Kalimantan Utara, menggelar kegiatan psikoedukasi dan skrining yang diikuti 111 orang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Tarakan.

Kepala Seksi (Kasi) Binadik Lapas Tarakan, Hendra Mahaputra mengatakan, kegiatan psikoedukasi dan skrining dihadiri Ketua IPK Kaltara, Arief Wahyu Utama bersama 3 orang psikolog dan perawat Lapas Nunukan.

“Kegiatan ini semacam skrining kesehatan mental terhadap WBP sekaligus memberikan pemahaman kepada perawat Lapas tentang psikologi,” kata Hendra pada Niaga.Asia, Kamis (20/07/2023).

IPK merupakan organisasi profesi psikologi yang salah satu programnya di tahun 2023 melaksanakan kegiatan pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat, terlebih bagi warga binaan.

Psikoedukasi dan skrining kepada WBP adalah bagian dari kerja sama yang dituangkan dalam Mou antara IPK Kaltara dan Lapas Tarakan, dalam hal deteksi dini terhadap psikologi  WBP.

“ini cara pemerintah mendeteksi dini gangguan kejiwaan yang mungkin akan dialami WBP s karena tingginya masa hukuman,” tuturnya.

Psikoedukasi dan skrining dilaksanakan rutin setiap Rabu atau Kamis mulai Pukul 10.00 wita hingga selesai. Peserta akan diberikan pengarahan dan diberikan waktu dialog atau tanya jawab terkait keluhan mereka.

Melalui kegiatan ini, Hendra berharap edukasi yang diperoleh dapat meningkatkan kesehatan mental warga binaan, membangkitkan percaya diri, dan fungsi sosial ketika kembali di tengah – tengah masyarakat nanti.

“Kita ingin setiap WBP mendapat kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan dengan jiwa yang sehat, bebas dari ketakutan dan gangguan lainnya,” bebernya.

Sementara itu, Ketua IKP Kaltara, Arief Wahyu Utama  menyebutkan, screening kesehatan mental di Lapas Tarakan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kondisi psikologis dan sekaligus mencari apakah ada WBP mengalami hambatan mental.

“Dari skrining ini kita bisa tahu apakah mereka punya hambatan secara psikologis, jika ada kita lakukan pendampingan kesehatan,” ujarnya.

Sejauh ini, kata Arief, IPK Kaltara tidak mendapat hambatan melaksanakan konseling di Lapas karena warga binaan sangat terbuka dan mendukung kegiatan, apalagi di tahun 2023 dilakukan MoU bersama.

Sebelum kegiatan dimulai, para petugas psikolog mengajak warga binaan bermain game dengan tujuan terciptanya suasana santai saat mengikuti skrining kesehatan mental, selanjutnya dibagikan kuesioner berisi 29 pertanyaan untuk mengetahui kondisi kejiwaan.

“Hasil skrining kesehatan akan dianalisa dan menjadi acuan dalam memberikan konseling terapi kepada warga binaan,” pungkasnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: