Lima Bulan Tanpa Kepastian, Warga Muara Kate Desak Pengungkapan Kasus Pembunuhan Rusel di Depan Kantor Gubernur

Puluhan warga Muara Kate demo di depan Kantor Gubernur, menuntut pengungkapan kasus pembunuhan Rusel. (Niaga.Asia/Lydia Apriliani)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Lima bulan setelah tragedi berdarah yang merenggut nyawa salah seorang warga Muara Kate bernama Rusel, masyarakat dusun kecil di Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser tersebut akhirnya melancarkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) jalan Gajah Mada Samarinda, Selasa (15/4).

Puluhan masyarakat Muara Kate bersama Koalisi Masyarakat Sipil berbondong-bondong datang menuntut keseriusan pemerintah dan aparat penegak hukum dalam mengungkap pelaku pembunuhan serta menegakkan lagi Peraturan Daerah (Perda) terkait larangan aktivitas hauling batu bara di jalan umum.

“Kami ingin mereka betul-betul serius melakukan langkah-langkah penyelidikan, sampai pelaku atau dalangnya tertangkap. Karena kami di Muara Kate sampai hari ini masih merasa tidak aman,” tegas Warta, salah satu perwakilan warga.

Ia menyebut tragedi pembunuhan yang telah menewaskan satu warga dan melukai korban lainnya ini bukan peristiwa biasa, melainkan kejahatan luar biasa serius yang mengancam keselamatan warga di wilayah tersebut.

“Kami yakin sekali, tragedi ini bukan sekadar kecelakaan. Ini kejahatan luar biasa. Maka dari itu, ungkap kasus ini dengan cara apapun. Tidak ada lagi yang bisa kami andalkan selain kepolisian dan pemerintah,” katanya.

Dalam aksinya, warga juga mengingatkan pemerintah soal Peraturan Daerah Provinsi Kaltim Nomor 2 Tahun 2012, yang secara tegas melarang pengangkutan batu bara melalui jalan umum.

“Perda itu sekarang katanya mau direvisi diam-diam. Tapi selama belum dicabut, ya masih berlaku. Kami minta ditegakkan. Jangan sampai revisinya nanti justru melegalkan pelanggaran,” terangnya.

Aksi ini juga disertai kekhawatiran warga terhadap potensi beroperasinya kembali aktivitas hauling secara sembunyi-sembunyi. Warta menyebut dalam lima bulan terakhir, pihaknya sempat “kecolongan” sekitar satu kali, hingga truk hauling sempat diamankan warga di Batu Kajang.

“Saat unit itu kami amankan ke kantor camat, malamnya mobil itu terbakar. Kami yakin itu sabotase. Bukti bahwa mereka terus mencari celah untuk kembali beroperasi meski curi-curi kesempatan,” katanya.

Ia juga mengungkap bahwa warga hingga kini masih bergiliran berjaga, baik masyarakat di Muara Kate maupun Batu Sopang, demi mencegah aktivitas ilegal dan menjaga keselamatan diri mereka.

Warta turut menyampaikan kondisi korban selamat yang hingga kini belum sepenuhnya pulih. Kata dia, luka sayat di leher korban ini benar-benar dalam, bahkan kadang-kadang bengkak dan keluar cairan.

“Dia trauma berat. Bisa dibayangkan seperti apa rasanya setelah leher sembelih dan dianiaya begitu,” tegasnya.

Yang membuat warga semakin kecewa, menurut Warta, adalah sikap oknum yang dinilai seharusnya melindungi masyarakat, namun nyatanya oknum tersebut malah lebih fokus mengupayakan kembalinya aktivitas hauling, ketimbang menuntaskan kasus pembunuhan.

“Bukan fokus mengungkap pelaku. Justru ada yang datang ke kami, mengajak koordinasi, bahkan mengaku-ngaku dimintai tolong oleh manajemen perusahaan agar bisa kembali beroperasi,” ungkapnya.

Aksi hari ini menjadi bentuk keputusasaan sekaligus harapan terakhir warga Muara Kate agar keadilan ditegakkan dan keselamatan masyarakat dijamin.

“Sudah lima bulan, dan pembunuh warga kami belum juga tertangkap. Kami tidak akan diam, kami akan terus berjuang menuntut keadilan,” tutupnya.

Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan

Tag: