Luas Panen Padi di Kaltim Tahun 2023 Turun 12,05 Persen

Sawah di RT 10 Kelurahan Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda susut karena dialihfungsi untuk perumahan. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Luas panen padi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dari tahun ke tahun terus berkurang atau menurun. Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim dalam laporan terbarunya melaporkan, luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 57,14 ribu hektare, mengalami penurunan sebanyak 7,83 ribu hektare atau 12,05 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 64,97 ribu hektare.

“Penurunan luas panen padi tahun 2023 dibandingkan tahun 2022 sebesar 12,05 persen,” ungkap Ketua Tim Harga dan UMKM BPS Kaltim, Indri Astanti, SST, M.Si dalam siaran persnya, Rabu (01/11/2023).

Sedangkan produksi padi pada 2023, BPS memperkirakan sebesar 215,29 ribu ton GKG (Gabah Kering Giling), mengalami penurunan sebanyak 24,13 ribu ton GKG atau 10,08 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 239,42 ton GKG.

“Produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 125,23 ton, mengalami penurunan sebanyak 14,04 ribu ton atau 10,08 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 139,27 ribu ton,” kata Indri.

Indri juga mengatakan, banjir di beberapa wilayah menyebabkan gagal panen pada awal tahun 2023, misalnya di beberapa desa di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara (PPU) yang merupakan salah satu sentra padi.

Dampak El Nino berupa kenaikan suhu dan kemarau panjang menyebabkan gagal tanam dan gagal panen sehingga memengaruhi pasokan pangan, seperti beras.

Sumber: BPS Kaltim.

Beberapa pedagang beras di Samarinda yang dikonfirmasi Niaga.Asia membenarkan, menurunnya luas panen padi yang berimbas pada menurunnya produksi beras di Kaltim, memperbesar volume beras yang harus didatangkan dari luar Kaltim, yakni dari Sulawesi Selatan atau dari Jawa Timur.

“Beras yang didatangkan dari Sulsel masuk kelompok beras medium diperdagangkan di pasar-pasar tradisional, sedangkan beras dari Jawa Timur berkualitas premium diperdagangkan di toko-toko modern,” kata Rochim.

Disebut,  beras yang didatangkan dari luar Kaltim, tidak hanya untuk mememnuhi kebutuhan beras masyarakat di perkotaan, seperti Samarinda, Balikpapan, dan Bontang yang tak punya sawah. Masyarakat di seluruh ibu kota kabupaten di Kaltim, juga sudah sangat tergantung dengan beras dari luar daerah.

“Dapat dikatakan sekarang ini, masyarakat di desa pun beli beras dari luar Kaltim. Ini bukti Kaltim sudah benar-benar gagal dalam urusan swasembada beras,” pungkasnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

Tag: