Luas  Sawah di Pulau Sebatik dan Nunukan Berkurang 400 Hektar

Hamparan sawah di pulau Sebatik. (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Luas sawah di Pulau Nunukan dan Sebatik menyusut dari semula  lebih kurang 1000 hektar kini tinggal 600 hektar,  atau berkurang 400 hektar setelah petani sawah berpindah pekerjaan jadi petani rumput laut.

“Siklus masa panen rumput 45 hari jauh lebih cepat dari panen padi sawah yang 4 sampai 6 bulan, faktorn inilah pemicu masyarakat berpindah usaha,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Mukhtar pada Niaga.Asia, Rabu (26/10/2022).

Luas persawahan aktif di Sebatik dan Nunukan yang dulunya lebih 1.000 hektar tinggal menyisakan sekitar 600 hektar dengan produksi  sekitar 5 ton per musim panen 2 kali dalam 1 tahun.

Pindahnya petani sawah ke petani rumput laut mempengaruhi produktivitas padi khususnya pulau Sebatik dan pulau Nunukan dari semula 10.000 ton jadi 6.000 ton beras dalam setahun.

Menurut Mukhtar, dengan jumlah penduduk Kabupaten Nunukan sekitar 200 ribu  jiwa, idealnya luas sawah aktif sekitar 13.000 hektar agar menghasilkan beras 39.088 ton beras per tahun.

“Karena luas sawah berkurang dan produksi juga berkurang, maka untuk memenuhi kebutuhan beras, sebagian besar beras didatangkan dari Sulawesi dan Malaysia,” ungkapnya.

Harusnya tiap daerah mampu memenuhi sendiri kebutuhan berasnya, tapi karena pindahnya petani sawah ke rumput laut dan minimnya regenerasi petani atau kurangnya minat anak-anak muda bersawah menjadi tantangan berat bagi pemerintah daerah, sekaligus menjadi ancaman ketahanan pangan dan kerawanan pangan serius.

Untuk mengatasi berkurangnya jumlah petani dan di sisi lain perlu mendapatkan produksi beras yang cukup,  pemerintah lagi gencar menggalakkan mekanisasi pertanian dan Pemda bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam hal pemberian beasiswa bagi penyuluhan pertanian berkelanjutan di beberapa universitas pulau Jawa.

“Bantuan-bantuan pertanian terus kita jalankan, kami dekati masyarakat tanya apa keluhan mereka, apa keinginan mereka agar kembali menggarap sawah,” ujarnya.

Kondisi berbeda ditemukan di Krayan, hasil panen dari luas sawah akti 3.400 hektar, surplus jika dibandingkan dengan kebutuhan penduduk, sehingga tidak sedikit hasil panen beras Adan Krayan dijual ke Sabah, Malaysia dan sebagian lagi di jual ke Nunukan.

“Harga beras Krayan sekitar Rp 35 ribu per liter, Kenapa mahal, karena dikirim lewat pesawat udara, makanya warga Krayan di ekspor ke Malaysia dan Brunei yang lebih dekat,” jelasnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan 

Tag: