Masa Libur SAE Lanuka Nunukan Dikunjungi 3.444 Wisatawan

Pengunjung SAE Lanuka Nunukan menikmati keindahan alam  dari puncak bukit. (foto istimewa/niaga.asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA –S arana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Lanuka di kawasan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nunukan, menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat libur akhir pekan ataupun liburan nasional seperti tahun baru.

Konsep agrowisata yang dipadukan dengan keindahan alam menjadi daya tarik masyarakat berdatangan ke SAE Lanuka Nunukan. Hal ini dibuktikan dari banyaknya jumlah pengunjung menghabiskan waktu di lokasi ini.

“Pengunjung SAE Lanuka bertepatan liburan tahun baru 2023 sekitar 3.444 orang,” kata Kalapas Nunukan I Wayan  Nurasta Wibawa pada Niaga.Asia, Senin (02/01/2023).

Pengelolaan SAE Lanuka Nunukan melibatkan narapidana di mulai dari pembangunan hingga perawatan, termasuk untuk penjagaan loket dan penertiban kawasan parkir hingga pelayanan bagi pengunjung.

Tiap pengunjung yang masuk kawasan ini  membeli tiket senilai Rp 5.000. Jika jumlah pengunjung 3.444 orang, maka omset penjualan tiket di liburan tahun baru sebesar Rp 17.220.000.

“Biaya tiket hanya untuk orang dewasa, khusus anak-anak dibawah 8 tahun tidak dipungut biaya masuk,” sebutnya.

Monumen Mandau di SAE Lanuka Nunukan. (foto istimewa/niaga.asia)

Salah satu daya tarik SAE Lanuka adalah Monument Mandau yang lokasinya sekitar 900 meter dari pintu masuk. Tiap pengunjung yang hendak menuju monumen harus menaiki anak tangga sebanyak 99 + 1 buah.

Wayan menerangkan, keindahan alam akan terlihat ketika pengunjung telah berada di sekitar monument, sebab dari sana dapat melihat situasi Nunukan dari ketinggian, apalagi disaat menjelang matahari akan tenggelam.

“Banyak pengunjung mengambil foto selfie sunset, mereka tunggu matahari mulai turun atau tenggelam,” ujar.

Selain monument Mandau, dalam kawasan SAE Lanuka terdapat perkebunan seperti, kebun kangkung, cabai, sawi, kacang panjang dan terong. Dibagian lainnya pengunjung juga bisa melihat peternakan ayam potong dan sapi.

Sebagian omset atau sebesar Rp 20 persen dari pengelola kegiatan SAE Lanuka menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) selebihnya untuk pengembangan Lapas dan premi narapidana yang terlibat mengelola.

“Hitung-hitunganya tiap harga tiket Rp 5.000 disisihkan Rp 1.000 untuk storan PNBP, sisanya untuk lapas Nunukan dan upah kerja untuk narapidana,” bebernya.

Penghasilan Lapas Nunukan dari kegiatan usaha perkebunan, kehewanan, pengolahan tempe, roti dan batik di tahun 2022 mencapai Rp 27 juta, nilai ini melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp 25 juta.

Jika melihat dari aktifnya narapidana menjalankan asimilasi dengan baik, Wayan yakin pendapatan tahun 2023 semakin meningkat, bahkan bisa kembali melebihi target ditetapkan pemerintah pusat.

“Kegiatan asimilasi bertujuan memberikan keterampilan kepada narapidana agar memiliki keahlian yang nantinya bisa mereka manfaatkan setelah bebas dari tahanan,” ujarnya.

Karena itu, Wayan menghimbau para narapidana aktif mengikuti setiap kegiatan asimilasi maupun pelatihan keterampilan lainnya. Keahlian didapatkan selama menjalani hukuman akan bermanfaatkan di lain waktu.

“Saya ingin bebas dari Lapas mereka bisa berkarya sendiri, sukur-sukur kalau punya modal bisa membangun usaha mandiri dan bermanfaat untuk keluarga,” tutupnya.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Intoniswan

Tag: