Mayoritas Penduduk Kaltim di Kota Berpendidikan SMA Dan Perdesaan Masih SD

Sumber: BPS Kaltim.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Mayoritas penduduk Kalimantan Timur (Kaltim) berumur 15 tahun ke atas berpendidikan Sekolah Menengah Atas atau Sederajat. Masih terjadi kesenjangan Kota-Desa dalam pendidikan. Mayoritas penduduk perkotaan berpendidikan Sekolah Menengah Atas atau Sederajat. Sedangkan penduduk perdesaan mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar atau Sederajat.

Demikian hasil pendataan Long Form SP2020 yang dilaksanakan pada tahun 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim  dari 75.760 Rumah Tangga yang dibagi dalam  4.735 Blok Sensus, dilaksanakan oleh 1.529 Petugas Lapangan, diumumkan secara resmi oleh Kepala BPS Kaltim, DR Yusniar Juliana, Senin (30/01/2023).

“Long Form SP2020 yang dilaksanakan pada tahun 2022 merupakan bentuk dukungan Badan Pusat Statistik dalam program Prioritas Nasional (PN) 3, yaitu Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan Berdaya Saing,” kata Yusniar.

Sumber: BPS Kaltim.

Menurut Yusniar, mayoritas tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh Generasi Baby Boomer Kaltim  adalah Sekolah Dasar atau Sederajat. Sementara tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh Generasi X dan Generasi Milenial Kaltim adalah Sekolah Menengah Atas Sederajat.

Pengguna bahasa daerah menurun

Tentang kemampuan berbahasa Indonesia dan penggunaaan bahasa daerah, menurut Yusniar, meski  Kaltim merupakan provinsi dengan keberagaman penduduk yang tinggi. Terdapat ragam suku bangsa, agama dan budaya, namun tetap mengedepankan persatuan melalui penggunaan Bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari (99,58 persen penduduk berbahasa Indonesia).

Sumber: BPS Kaltim.

“Sedangkan budaya daerah tetap dipertahankan kelestariannya, dengan penggunaan bahasa daerah dalam lingkup keluarga (31,31 persen) serta tetangga/kerabat (20,42 persen),” ungkapnya.

Penggunaan bahasa daerah untuk komunikasi sehari-hari dalam keluarga dan lingkungan sekitar lebih banyak digunakan oleh generasi yang lebih tua, sedangkan generasi muda lebih memilih bahasa lain, seperti Bahasa Indonesia.

Di tengah maraknya penggunaan bahasa asing untuk berkomunikasi, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional serta bahasa daerah sebagai simbol budaya perlu untuk terus dijaga antar generasi.

“Penggunaan bahasa daerah penduduk Kaltim semakin menurun antargenerasi,” ujar Yusniar.

Persentase pengguna bahasa daerah di keluarga pada generasi Pre Boomer (usia 77 tahun ke atas) sebesar 56,80 persen, sementara pada generasi Gen Z (usia 10-25 tahun) sebesar 25,40 persen.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Kaltim

Tag: