Penulis: Fenylia Nurshakira

Digitalisasi telah menjadi motor penggerak perubahan di berbagai sektor kehidupan, termasuk di bidang perdagangan. Perkembangan teknologi seperti internet, kecerdasan buatan (AI), dan komputasi awan mempercepat akses informasi, meningkatkan efisiensi, serta membuka berbagai peluang ekonomi baru. Transformasi ini juga telah mempermudah aktivitas sehari-hari dan meningkatkan daya saing masyarakat dalam menghadapi perubahan zaman.
Salah satu bukti nyata keberhasilan digitalisasi adalah implementasi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). QRIS memfasilitasi transaksi non-tunai lintas platform, memungkinkan masyarakat melakukan pembayaran hanya dengan satu kode QR yang dapat digunakan di semua aplikasi pembayaran tanpa biaya tambahan. Inovasi ini tidak hanya memudahkan transaksi bagi pengguna, tetapi juga menjadi pendorong percepatan inklusi keuangan nasional.
Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi yang mencerminkan keberhasilan adopsi digitalisasi ini. Pada tahun 2024, volume transaksi QRIS di Kalimantan Timur mencapai 70 juta, meningkat 245% dibandingkan tahun sebelumnya. Samarinda, sebagai ibu kota provinsi, berkontribusi sebesar 39% terhadap total transaksi dengan pertumbuhan 279% dan total volume mencapai 27 juta transaksi.
Tingkat adopsi ini tidak hanya mempermudah transaksi bagi konsumen dan pedagang, tetapi juga mendukung efisiensi sistem pembayaran serta menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dan produktif.
Sinergi Bank Indonesia dan Pemda Kaltim dalam Digitalisasi
Peningkatan signifikan dalam digitalisasi di Kalimantan Timur tidak terlepas dari kolaborasi strategis antara Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur dalam kerangka Satuan Tugas Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang diamanatkan dalam Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2021.
Satgas TP2DD di daerah memiliki tujuan utama mempercepat implementasi Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) yang diharapkan dapat mengoptimalkan pendapatan daerah; meningkatkan transparansi, mengintegrasikan sistem pengelolaan keuangan daerah; mendukung pengembangan transaksi pembayaran digital masyarakat; serta meningkatkan integrasi ekonomi dan keuangan digital nasional.

Salah satu inisiatif unggulan TP2DD Kalimantan Timur adalah program Pasar S.I.A.P QRIS (Sehat, Inovatif, Aman Pakai QRIS). Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2022 sebagai wujud kolaborasi nyata antara BI dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan Timur serta Dinas Perdagangan Kota Samarinda.
Program ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Perdagangan dengan untuk mendukung program digitalisasi membantu para pedagang berjualan secara daring. Upaya ini sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah daerah dalam modernisasi sektor perdagangan daerah dan menciptakan pasar rakyat berdaya saing yang memenuhi standar SNI.
Namun, keberhasilan digitalisasi ini bukan tanpa tantangan. Literasi digital yang masih rendah, tingkat adopsi yang belum merata, serta pelindungan konsumen yang belum optimal menjadi beberapa hambatan utama yang harus diatasi. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, perbankan, akademisi, serta pelaku usaha untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Strategi Mengembangkan Ekosistem Digital yang Berkelanjutan
Berbagai langkah telah diambil untuk mengembangkan ekosistem digital yang berkelanjutan di Kalimantan Timur. Salah satu upaya penting adalah pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Digitalisasi Pasar Rakyat Samarinda yang digelar pada 5-7 Februari 2025.
FGD ini melibatkan berbagai pihak strategis, termasuk DPPKUMKM Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Perdagangan Kota Samarinda, Bank RKUD, BAPENDA, Dishub, serta 14 kepala pengelola pasar di Samarinda.

Diskusi difokuskan pada beberapa isu penting, seperti optimalisasi penggunaan QRIS, penguatan digitalisasi retribusi pasar, serta penerapan pembayaran parkir digital di kawasan pasar rakyat.
Salah satu bahan utama dalam FGD tersebut adalah hasil survei dan observasi langsung yang dilakukan di beberapa pasar potensial, termasuk Pasar Palaran, Pasar Merdeka, dan Pasar Citra Niaga. Hasil survei ini mengungkap tantangan yang masih dihadapi, seperti rendahnya pemahaman pedagang terhadap mekanisme transaksi digital, isu pelindungan konsumen yang belum optimal, serta kurangnya kepercayaan terhadap keamanan transaksi digital. Temuan ini menjadi dasar diskusi dalam FGD guna merumuskan solusi yang lebih terfokus dan realistis.
Penting untuk dicermati bahwa rendahnya literasi digital merupakan hambatan utama yang dapat memperlambat transformasi pasar rakyat. Oleh karena itu, edukasi berkelanjutan dan berbasis kebutuhan menjadi kunci.
Pelatihan langsung dengan simulasi transaksi menggunakan QRIS dan aplikasi pembayaran digital dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan kepercayaan dan pemahaman para pedagang serta konsumen.
Selain itu, isu pelindungan konsumen harus mendapat perhatian serius. Risiko penipuan atau ketidakpahaman dalam bertransaksi digital memerlukan penguatan regulasi serta pengawasan aktif di tingkat pasar. Upaya ini penting untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat dalam ekosistem digital.

Kolaborasi antar pihak juga menjadi elemen kunci. Pemerintah daerah, Bank Indonesia, perbankan, pengelola pasar, dan akademisi harus bekerja lebih erat dalam merancang solusi yang berkelanjutan. Sinergi berbasis data hasil survei dan observasi dapat mempercepat pencapaian target digitalisasi yang inklusif dan merata.
Kolaborasi untuk Transformasi yang Berkelanjutan
Transformasi pasar rakyat melalui digitalisasi adalah langkah strategis untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat inklusi keuangan. Sinergi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur membuktikan bahwa kolaborasi yang solid dapat menghasilkan perubahan nyata dan signifikan.
Ke depan, dengan dukungan semua pihak dan penguatan literasi digital, pasar rakyat di Kalimantan Timur diharapkan dapat menjadi contoh sukses dalam modernisasi pasar di seluruh Indonesia.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan bukan hanya menjadi tujuan, tetapi juga realitas yang dapat diwujudkan bersama. Langkah-langkah strategis ini akan memastikan bahwa pasar rakyat tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan berkembang di era digital yang dinamis.
*) Penulis adalah Analis Yunior di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim dan tulisan ini merupakan opini pribadi, bukan merepresentasikan pandangan institusi Bank Indonesia.
Tag: OpiniQRIS